4 Ciri-Ciri Orang Munafik - Tafsir QS. Al-Baqarah: 13-16

Daftar Isi
Alfailmu.com - Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang munafik, maka kali ini penulis akan menyebut dan menuliskan penjelasan tentang ciri-ciri orang munafik. Dalam hadis disebutkan bahwa tanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercayai ia akan berkhianat. 

begini ciri-ciri orang munafik - tafsir qs. al-baqarah: 13-16

Begini Ciri-Ciri Orang Munafik - Kajian Tafsir QS. Al-Baqarah: 13-16

Nah, terus bagaimana pandangan Al-Qur'an sendiri tentang ciri-ciri orang munafik? Mari simak 4 ciri-ciri orang munafik berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 13-16 berikut:

1. Menganggap orang beriman sebagai orang yang bodoh


وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ (١٣)
Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. (QS.Al-Baqarah: 13)

Ayat di atas menjelaskan bahwa ciri orang munafik itu apabila diperintahkan beriman dengan imannya para sahabat Nabi SAW, maka mereka menjawab "haruskah kami beriman seperti orang-orang bodoh?". Sanggahan tersebut hanya diucapkan bila mereka sesama orang munafik saja dan secara diam-diam. Hal ini dikarenakan apabila mereka menyebutkan sanggahan dan kekafirannya secara terang-terangan, maka mereka pun akan diperangi oleh muslimin.

Kata 'السفهاء' berarti 'الجهال' yakni orang-orang yang bodoh. Namun, maksud orang bodoh  menurut pandangan munafik pada ayat ini lebih tepat sebagai 'orang yang kurang akal'. Maksudnya ialah para sahabat Nabi menginfakkan semua hartanya di jalan Allah hingga mereka menjadi miskin dan merasa kesulitan. Karena alasan inilah sehingga orang munafik menganggap para sahabat sebagai orang yang bodoh.

Maka Allah membantah pernyataan orang munafik tersebut dengan firman-Nya "Bukankah sesungguhnya orang-orang munafiklah yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu", artinya  orang munafik tidak tahu akan kebodohannya sendiri, sedangkan para sahabat dan Nabi Muhammad SAW mengetahuinya.

2. Perkataan dan pengakuan mereka tidak sesuai dengan perbuatannya

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (١٤)
Artinya: Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok. (QS.Al-Baqarah: 14)

Ayat di atas menjelaskan bahwa salah satu ciri orang munafik ialah perkataan dan pengakuan mereka tidak sama antara di depan dan di belakang, di dalam pepatah Orang Aceh disebut "dikeuë bè bu dilikôt bè èk" (di depan bau nasi, dibelakang bau t*hi), berbohong, berdusta, dan menipu. Inilah penggunaan kata 'munafik' paling kentara yang berkembang di tengah masyarakat Islam.

Penggunaan kata 'شياطينهم' yang berarti 'syaitan' sebagai makna 'pembesar kelompok' ini memang ada wajah tasybih (ada rupa kesesuaian) dengan syaitan asli. Syeikh Ahmad Shawi dalam kitab tafsirnya yang bernama Hasyiah Shawi 'ala Tafsir al-Jalalain menjelaskan, bahwa alasan penyebutan pembesar kelompok mereka dengan syaitan, karena setiap pembesar kelompok munafik tersebut memang ada satu syaitan yang bertugas membuat kegelisahan serta mengajari mereka berkhianat.

Ada juga ulama yang mengatakan kemiripan pembesar kelompok munafik dengan syaitan karena kesamaan mereka dalam hal tipu daya. Adapun para pembesar munafik kala itu ada lima orang, yaitu Ka'ab bin Asyraf di Madinah, 'Abd ad-Dar di Juhainah, Abu Bardah pada kelompok Bani Aslam, 'Auf bin Amir pada Bani Asad, dan 'Abdullah bin Aswad di Negeri Syam.

Adapun asbabun nuzul ayat ini adalah tatkala Sayyidina Abu Bakar as-Shidiq, 'Umar bin Khattab dan 'Ali bin Abi Thalib bertemu dengan 'Abdullah bin 'Ubay bin Salul, maka Abu Bakar berkata, "Kemarilah kamu dan teman-temanmu dan setialah kepada kami". 'Ubay berkata, "Selamat datang, wahai Syeikh, as-Shiddiq, selamat datang, 'Umar al-Faruq, al-Qawi dalam agama, selamat datang, 'Ali anak paman Nabi.

Kala itu berkata Sayyidina 'Ali karamalllahu wajhah kepadanya, "Bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan jangan munafik". 'Ubay menjawab, "Apa yang telah aku katakan adalah bukti bahwa imanku sama dengan iman kalian". Kemudian para sahabat pun pulang dan mengabarkannya kepada Rasulullah SAW tentang keimanan 'Abdullah  bin 'Ubay, maka turunlah ayat tersebut.

3. Merasa menipu Allah, padahal hanya menipu diri sendiri


اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (١٥) 
Artinya: Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (QS.Al-Baqarah: 15)

Pada ayat sebelumnya orang munafik merasa telah menipu Allah SWT. Namun, hakikatnya Allah lah yang telah menipu mereka. Allah membalas tipuan mereka dengan membiarkan kesewenang-wenangan mereka terus berlanjut, bertambah-tambah kekafirannya.

Pembiaran ini bermaksud agar orang munafik nanti akan merasakan azab yang berlipat ganda. Adapun kata 'عمه' pada 'يعمهون' berarti tidak mengetahui kebenaran dari kebatilan. Oleh karena itu, sebagian orang munafik ada yang memperlihatkan kebenaran dan menyembunyikan pembangkangannya. Sedangkan sebagian munafik yang lain merasa ragu dengan kebenaran seperti orang buta. Begitulah sifat dan ciri-ciri orang munafik.


4. Menggadaikan iman dengan kesesatan


أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (١٦)
Artinya: Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS.Al-Baqarah: 16)

Orang munafik adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Artinya mereka mengganti petunjuk (keimanan) dengan mengambil kesesatan (kekafiran). Karena keberadaan petunjuk jelas ada di depan mereka, hanya saja orang munafik menolaknya dan memilih kesesatan.

Adanya keberadaan petunjuk di hadapan mereka ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci dalam keimanan Islam), hingga orang tuanya lah yang menyahudikannya". Selanjutnya mereka para orang munafik pun pada hari perjanjian dengan Allah dalam firman-Nya 'ألست بربكم', "bukankah Aku Tuhanmu?", dan mereka semuanya menjawab dengan beriman kepada Allah Ta'ala.

Sehingga menjadi jelas dalam ayat tersebut bahwa tidak keuntungan pada perumpamaan perniagaan yang sedemikian rupa. Bahkan mereka para orang munafik menjadi rugi karena akan dikembalikan ke dalam neraka dan kekal di dalamnya.

Tamsilannya seperti mereka punya setumpuk harta, yang dapat dimanfaatkan di dunia hingga akhirat, namun mereka menggantinya dengan api, karena 'kesesatan' tadi menjadi pangkal neraka, wal 'iyadz billah.

Demikianlah 4 ciri-ciri orang munafik yang disebutkan di dalam Al-Qur'an berdasarkan kajian Tafsir QS. Al-Baqarah: 13-16. Wallahua'lam bisshawab


Sumber:
Syeikh Ahmad bin Muhammad as-Shawi, Hasyiat as-Shawi 'ala Tafsir al-Jalalain, (Beirut: Dar al-Fikri, 2012), h. 28-29.