Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Harus Hati-Hati, Beginilah Tipu Daya Syaitan terhadap Ulama!

Alfailmu.com - Menjadi orang alim atau ulama adalah satu hal yang sangat membanggakan. Walaupun pangkat ulama tidak bisa diusahakan karena tidak ada lisensi resmi, tetapi ulama adalah sosok yang sangat keren dan hebat di mata masyarakat muslim.

tipu daya syaitan terhadap ulama

Seorang ulama adalah sosok yang sangat disegani oleh masyarakat, juga pangkat, kemuliaan serta pahala yang sangat besar di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, di mana ada nilai kebaikan dan pahala di situ pula ada cobaan. Apa itu? Iya sudah pasti ada godaan syaitan.

Syaitan akan terus melakukan apa saja untuk menipu ulama agar jauh dari Allah SWT, dan menggelincirkannya kepada kesesatan. Pada dasarnya tugas syaitan adalah mengajak manusia agar tidak mengerjakan ibadah, atau mengganggu mereka yang sedang beribadah kepada Allah SWT.

Namun, ketika orang yang digoda tersebut memiliki iman yang kuat seperti para ulama, maka syaitan sudah pasti tidak bisa menggodanya dalam ibadah. Lantas, apakah syaitan sudah putus asa? Owh tidak! Mereka itu punya gelar 'pantang menyerah' untuk merekrut teman-teman sebanyak mungkin agar bersamanya ke neraka.

Maka tatkala syaitan tak mampu menipu ulama untuk merusak nilai ibadahnya, maka syaitan akan meggunakan metode 'tipu daya' pada kebaikan ulama, yaitu mereka akan membisikkan kelebihan-kelebihan seorang seorang ulama. Tujuan syaitan sudah pasti agar para ulama tertipu dengan pakaian keulamaannya dan mulai menjauh dari ibadah kepada Allah SWT.

Pertama sekali, syaitan akan memulai proses tipu dayanya terhadap ulama dengan menyerang "himmah" (semangat) dalam belajar ilmu. Dia akan membisikkan tipu dayanya kepada nafsu amarah agar para ulama terus semangat dan giat belajar ilmu agama. Kenapa? Supaya menjadi ulama dan disegani banyak orang. Nah, tipu daya pertama syaitan kepada ulama sudah dijalankan.

Syaitan telah berhasil mengikatkan tali tipu dayanya kepada ulama serta mulai menjauhkannya dari kebaikan. Sehingga syaitan dapat merusak para ulama sedikit demi sedikit dengan tipu dayanya yang sangat menyesatkan.

Dengan cara tersebut, syaitan dapat menjerumuskan ulama kepada keburukan melalui tempat sumber kebaikan, yaitu ilmu. Dengan begitu, ilmu yang dasarnya sebagai sumber kebaikan dan ibadah para ulama, tetapi dengan tipu daya syaitan menjadikan ilmu tadi sebagai jalan menuju kerugian dan celaka. Bukan lagi pahala yang diperoleh melainkan dosa dari Allah SWT, karena sudah berpaling dari tujuan dasar ilmu.

Mereka (para ulama) tadi menjadi orang yang menyia-nyiakan hidupnya dengan mengikuti tipu dayanya syaitan. Para ulama menyangka dirinya sebagai orang-orang yang melakukan kebaikan (belajar ilmu). Mereka beranggapan bahwa perbuatan tersebut akan diberikan pahala oleh Allah SWT, serta merasa yakin jika mereka berada pada jalan yang benar. 

Nyatanya, di saat yang sama pula, syaitan telah menipu daya para ulama dengan membaca (membisikkan) kepada mereka kelebihan ilmu yang bermanfaat dan derajat ulama yang mengamalkan syariat. Syaitan mulai menipu dengan membaca hadis-hadis Rasulullah , seperti sabdanya:

نَظْرَةُ إِلَى الْعُلَمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا

Artinya: Memandang orang alim lebih aku cintai daripada ibadah satu tahun, puasa pada siang hari dan menghidupkan malamnya. (Hadis)

Sabda Rasulullah :

اَلنَّاسُ عَالِمٌ وَمُتَعَلِّمٌ وَالْبَاقِيْ هَمَجٌ

Artinya: Manusia terdiri dari dua; orang alim dan orang yang belajar, sedangkan selainnya ialah umpama “hamajun” (lalat yang beterbangan pada keledai).

Sabda Rasulullah ﷺ pula:

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ سَبْعُوْنَ دَرَجَةً مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ

Artinya: Perbandingan ulama dengan abid (orang ahli ibadah) sebanyak 70 derajat, dan jarak masing-masing antara dua derajat seperti jarak langit dan bumi.

Sabda Baginda Rasulullah ﷺ:

مَنْ لَمْ يَحْزَنْ بِمَوْتِ اْلعَالِمِ فَهُوَ الْمُنَافِقُ

Artinya: Barang siapa yang tidak sedih dengan meninggalnya ulama, maka ia dari golongan orang munafik

Karena tiada musibah yang paling besar selain meninggal para ulama. Dalam hadis yang lain tentang keistimewaan ilmu dan ulama, Sabda Rasulullah:

إِنَّ الْعَمَلَ اْلقَلِيْلَ مَعَ اْلعِلْمِ يَنْفَعُ وَإِنَّ اْلعَمَلَ اْلكَثِيْرُ مَعَ الْجَهْلِ لَا يَنْفَعُ

Artinya: Sesungguhnya amal yang sedikit disertai dengan ilmu itu jauh lebih baik ketimbang amal yang banyak tanpa didasari ilmu (bodoh), tidak bermanfaat.

Begitu pula syaitan terus melanjutkan tipu daya nya terhadap ulama dengan membacakan atsar-atsar (perkataan para sahabat) yang bersumber dari Sahabat Rasulullah  tentang kelebihan-kelebihan orang alim, seperti kata Sayyidina Umar bin Khattab r.a:

مَوْتُ أَلَفِ عَابِدٍ قَائِمٍ بِالَّيْلِ صَائِمٍ بِالنَّهَارِ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ وَاحِدٍ يَعْلَمُ مَا أَحَلَّ اللهُ وَمَا حَرَّمَهُ وَإِنْ لَمْ يَزِدْ عَلَى اْلفَرَائِضِ

Artinya: Meninggalnya seribu abid yang menghidupkan malam dan berpuasa pada siangnya itu terlebih ringan dibandingkan dengan meninggalnya seorang ulama yang tahu apa yang telah Allah halalkan dan haramkan, sekalipun tidak mereka tidak menambah ibadah selain yang fardhu saja.

Begitu pula dalam satu kalam Rabi’ r.a:

اَلْعُلَمَاءُ سِرَاجُ اْلأَزْمِنَةِ فَكُلُّ عَالِمٍ مِصْبَاحُ زَمَانِهِ يَسْتَضِىءُ بِهِ أَهْلُ زَمَانِهِ

Artinya: Ulama merupakan lampu segala masa, maka setiap orang alim adalah lampu bagi masanya yang menerangi ahli masanya.

Sehingga para ulama menjadi terlelap dengan bisikan-bisikan syaitan dari hadis Rasulullah ﷺ dan atsar-atsar sahabat tentang kelebihan ilmu dan para ulama. Menjadikan para ulama terus dalam tipu daya syaitan dan tidak menyadarinya.

Syaitan juga membuat para ulama lalai dan lupa terhadap hadis-hadis Rasulullah ﷺyang mengancam para ulama yang tidak beramal dan memberikan manfaat bagi umat, seperti sabda Rasulullah ﷺ: 

مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدَى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا

Artinya: barang siapa yang bertambah dan tidak bertambah petunjuk, niscaya tidak bertambah di sisi Allah kecuali semakin jauh.

Syaitan juga melalaikan ulama dari hadis Rasulullah ﷺ dari Abu Hurairah r.a tentang azab ulama pada hari kiamat, yaitu:

أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللهُ بِعِلْمِهِ (رواه طبرانى)

Artinya: Manusia yang paling berat azabnya di hari kiamat ialah orang alim yang tidak bermanfaat ilmunya di sisi Allah. (HR. Tabrani, Abdullah bin’Adi dan Baihaqi)

Begitu pula riwayat dari Anas ra, sabda Rasulullah ﷺ dalam bentuk doa untuk mengajari umatnya:

اَللَّهُمَّ إِنَّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَقَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَعَمَلٍ لَا يُرْفَعُ وَدُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ (رواه إمام أحمد بن حنبل)

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak kusyu’, amal yang tidak diangkat (diterima), doa yang tidak didengarkan (dikabulkan). (HR. Ahmad bin Hanbal)

Begitu pula syaitan telah membuat para ulama lupa terhadap sabda Rasulullah ﷺ, dari Anas bin Malik r.a:


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَأَيْتُ لَيْلَةَ أَسْرَى بِيْ رِجَالًا تَقْرَضُ شَفَاهَهُمْ بِمَقَارِيْضِ مِنْ نَارٍ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيْلَ قَالَ هَؤُلَاءِ اْلخُطَبَاءُ مِنْ أُمَّتِكَ يَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَيَنْسَوْنَ أَنْفُسَهُمْ وَهُمْ يَتْلُوْنَ اْلكِتَابَ (رواه شربينى)

Artinya: Aku lihat pada malam isra’ akan seorang laki-laki yang menggunting bibirnya dengan gunting dari api neraka, maka aku bertanya “Siapa mereka, wahai Jibril?”, Jibril menjawab, “Mereka adalah khatib-khatib dari umatmu yang memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan dan ia lupa dirinya sendiri dan mereka pula yang membacakan pula Al-Qur’an”. (HR. Imam Syarbini)

Berdasarkan uraian panjang di atas, maka sebagai ulama dan orang orang-orang sedang menuntut ilmu agama agar sadar dan menjauhkan diri dari tipu daya syaitan. Jangan tunduk terhadap tipu dayanya yang telah dihias dengan kedustaan serta dapat mengikat manusia dengan tali tipuannya.

Oleh karena itu, sebagaimana hukum menuntut ilmu dan bertanya wajib, maka begitu pula wajib dalam mengamalkan ilmu tersebut supaya terhindar dari tipu daya syaitan yang sangat berbahaya dan menakutkan.

Mudah-mudahan kita semua para penuntut ilmu agar senantiasa Allah Ta'ala jaga dan dijauhi dari pengaruh syaitan la'natillah, Amin. Wallahua’lam bisshawab


Sumber:
Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Syarh Muraqi al-'Ubudiyah, (Surabaya: Al-Haramain, t.th), h. 5-6