Menyandarkan Semua Urusan kepada Allah SWT

Daftar Isi

Alfailmu.com - Penting bagi setiap muslim supaya menyandarkan semua urusan dan masalahnya hanya kepada Allah SWT. Hal ini merupakan bagian dari inti tauhid dan keimanan seorang hamba. Berdoa kepada Allah terhadap apapun yang diinginkan dan mohon petunjuk atas setiap persoalan.

menyandarkan urusan kepada Allah

Hal ini berdasarkan kalam Syeikh Ahmad bin 'Athailah As-Sakandari:
"Tidak akan terhambat satu permintaan yang kau minta dengan kekuatan Allah. Dan tidak akan mudah didapat suatu permintaan yang kau minta dengan kekuatanmu."

Dalam hal ini, Imam Sya’rani ikut mengisahkan dengan katanya: 

Aku punya seorang anak, aku ingin dia menggemari ilmu dan bersungguh-sungguh menuntutnya. Aku ajak dia bicara, aku dorong dia, aku motivasi dia, aku berusaha padanya, tapi dia tidak suka belajar dan tidak bersemangat terhadap ilmu. Sampai Allah menyadarkanku bahwa dalam usahaku itu hanya mengandalkan kekuatan diriku, mengandalkan caraku, maka aku serahkan urusan itu kepada-Nya.

Dari sejak malam itu ketika aku telah menyerahkannya kepada Allah dalam urusan hidayah anak ini, ia pun mulai mencari kitab dan mempelajarinya dengan sendirinya tidak seperti biasa, tanpa harus saya suruh”. Allah menyadarkan ku ketika akun kembali bersandar kepada-Nya dan Aku tahu Bahwa urusan itu berjalan dengan kekuatan-Nya, bukan dengan kekuatan diriku dan bukan dengan caraku, saat itu Allah  mudahkan bagiku". Subhanallah 

Dalam kalam di atas jelas ketika Imam Sya'rani menurutkan keinginannya dengan usaha sendiri, maka hasilnya pun gagal. Namun, ketika keinginannya diserahkan kepada Allah SWT, maka Allah membantunya dan maksudnya pun tercapai.

Memang terkadang Allah tampakkan sebagian permintaan orang-orang yang jauh dari Allah disukseskan lahirnya sebagai bentuk “istidraj” agar orang itu jatuh dalam Neraka Hawiyah. Karena pada dasarnya apa yang dikehendaki oleh Allah terjadi dan yang tidak dikendaki Allah tidak akan terjadi. 

Habib Umar, mengisahkan bahwa beliau pernah keluar berdakwah ke suatu lembah di pinggir gunung, kelompok Habib mempunyai sebuah kompor, dengan 2 tabung gas, salah satunya masih penuh dan yang satunya lagi tinggal sedikit. Dengan kompor itu kami masak teh dan lainnya.

Habib berkata kepada jamaah:
“Gas pada tabung ini tinggal sedikit, kita tidak tau apakah cukup membuat matang atau tidak.”

Tiba-tiba dengan gas sedikit itu airnya cepat matang dan rombongan habib bisa minum teh dan bisa digunakan dengan baik.

Habib melanjutkan kisahnya, ketika gasnya habis, kami pasang yang baru. Kami yakin ini masih kuat, yang ini baru dan masih penuh. Tiba-tiba angin bertiup dari sana-sini, kami menunggu lama dan airnya di atasnya tidak mau mendidih dan tidak matang-matang.

Kemudian, Ada yang berkata:
"Wahai jamaah, perhatikanlah, di kali pertama kita bersandar kepada karunia Allah semata, gas di dalamnya sedikit, tetapi bertahan lama. Namun, ketika kita pasang yang baru, kita yakin bahwa itu masih penuh, tapi nyatanya kita kelelahan dan menunggu lama air tidak juga matang dan mendidih, padahal kali pertama cepat matang".

Begitu pulalah yang terjadi dalam Perang Hunain sewaktu para tentara muslim merasa bangga dengan jumlahnya yang banyak, tapi sempat dibuat kocar-kacir oleh pasukan musuh. Artinya, tidak ada manfaat sedikit jumlah pasukan yang banyak, kecuali hanya dengan bantuan Allah SWT.

Akhirnya, dari kisah tersebut Habib Umar berkesimpulan bahwa bukan masalah gas sedikit atau banyak. Kehendak Allah lah yang menjadi masalahnya. Ini hanyalah sebab.

Maka kuatkalah sandaranmu kepada Allah Ta'ala, maka kau akan melihat keajaiban aturan-Nya. Tidak terhambat suatu permintaan yang kau minta dengan kekuatan Allah, dan tidak mudah didapat suatu permintaan yang kau minta dengan kekuatanmu. (Habib Umar, @pena_tarim)