Mengenal Surat Al-Baqarah: Penamaan, Kandungan dan Keutamaannya

Daftar Isi
Surat Al-Baqarah

Surat Al-Baqarah ini murupakan salah satu Surat Madaniyyah kecuali ayat 281 yang turun di Mina pada waktu haji Wada’. Ayatnya berjumlah 286 (dua ratus delapan puluh enam), dan ia adalah Surat pertama yang turun di Madinah.

Alasan Penamaan Surat ‘Al-Baqarah’

Surat ini dinamakan “Surat al-Baqarah” karena di dalamnya terdapat kisah baqarah (sapi betina). Di mana dalam surat ini Allah perintahkan bagi Bani Israel untuk menyembelihnya guna mengungkap tabir siapa sebenarnya pembunuh seseorang di antara mereka.

Caranya ialah dengan cara memukul orang yang mati itu dengan salah satu organ sapi tersebut sehingga dia hidup lagi dengan izin Allah, lalu memberi tahu mereka tentang jati diri si pembunuh.

Kisah tersebut dimulai dari ayat 67 Surat al-Baqarah. Kisah ini sungguh amat menarik, membuat pendengarnya merasa takjub dan ingin menyimaknya.

Kandungan Surat Al-Baqarah

Surat al-Baqarah adalah Surat terpanjang dalam Al-Qur’an  dan merupakan surat Madaniyyah. Ikramah berkata: “Surat pertama yang diturunkan di Madinah adalah Surat al-Baqarah.”

Seperti halnya Surat-Surat Madaniyyah yang lain, Surat al-Baqarah berisi tasyri’ (aturan-aturan hukum) yang menata kehidupan kaum Muslimin dalam masyarakat baru di Madinah, masyarakat agama dan negara sekaligus.

Keduanya tak terpisahkan satu sama lain, keduanya memiliki hubungan yang inheren (erat, tak terpisahkan) seperti raga dan jiwa.

Oleh karena itu, tasyri’ pada periode Madinah berlandaskan pada pemurnian akidah Islam, yang mana prinsipnya adalah beriman kepada Allah dan kepada alam gaib, serta percaya bahwa sumber Al-Qur’an adalah Allah Swt.

Begitu juga keyakinan yang teguh kepada apa yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya (Muhammad Saw) dan kepada para nabi sebelum beliau, bahwa amal saleh merupakan implementasi dari iman tersebut.

Dan amal itu terwujud dengan mengadakan hubungan manusia dengan Tuhannya melalul shalat serta dengan cara merealisasikan kaidah-kaidah solidaritas sosial melalui infak di jalan Allah.

Dalam rangka penanaman akidah, harus pula dibicarakan soal sifat-sifat kaum mukmin, kaum kafir dan kaum munafik guna membuat perbandingan antara orang-orang yang selamat dan orang-orang yang celaka.

Selain itu juga harus dibahas tentang Qudrat (kekuasaan) Allah Yang Maha Agung, yang telah memulai penciptaan makhluk, memuliakan Adam (bapak umat manusia) dengan bersujudnya para malaikat kepadanya.

Juga Allah Swt telah menakdirkan kejadlan-kejadian yang dialami Adam bersama istrinya di surga hingga kemudian ia turun ke bumi.

Peringatan ilahi kepada kaun mukminin menuntut pembicaraan (dalam Surat ini sebanyak lebih dari sepertiganya) tentang pelanggaran-pelanggaran Bani Israel.

Peringatan ini dimulai dari ayat 47 sampai ayat 123. Kaum Bani Israel telah mengingkari nikmat Allah, tidak menghargai keselamatan mereka dari cengkeraman Firaun.

Terus mereka menyembah anak sapi, mengajukan permintaan-permintaan kepada Musa sebagai bentuk sikap pembangkangan, keangkuhan, dan penentangan.

Meskipun tuntutan-tuntutan materi mereka dipenuhi, tetapi mereka tetap ingkar kepada ayat-ayat Allah, mereka bahkan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar; melanggar janji-janji.

Sehingga pantaslah kalau mereka mendapat kutukan dan murka Allah, dan Allah menjadikan mereka kaum yang hina dina, terusir, dan jauh dari rahmat-Nya.

Setelah berbicara kepada kaum Ahli Kitab, selanjutnya Surat Al-Baqarah beralih berbicara kepada kaum Ahli Qur’an, dengan mengingatkan mereka akan aspek yang menjadi titik kesamaan antara kaum Nabi Musa a.s. dan kaum Nabi Muhammad Saw.

Persamaan ini yaitu mereka sama-sama bernasab kepada Nabi Ibrahim dan sama-sama menyepakati keutamaan beliau.

Di samping itu pula Surat ini membasmi semua bibit perselisihan soal kiblat, menjelaskan asas paling utama bagi agama, yaitu tauhid uluhiyah, dengan mengkhususkan ibadah hanya kepada sang Khaliq, bersyukur kepada Tuhan atas karunia yang diberikan-Nya.

Karunia tersebut yang antara lain berupa pembolehan menikmati rezeki yang baik-baik dan pembolehan mengambil sesuatu yang haram dalam kondisi darurat, serta menjelaskan pokok-pokok kebajikan dalam ayat laisal-birra (al-Baqarah: 177).

Kemudian Surat ini menerangkan pokok-pokok syariat Islam bagi orang-orang yang beriman kepadanya, dalam ruang lingkup Ibadah dan muamalah, seperti: mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, haji ke Ka’bah dan jihad di jalan Allah,

Juga mengatur hal-hal yang menyangkut peperangan, menetapkan bulan-bulan qamariyyah (penanggalan Hijriyah, yang didasarkan atas peredaran bulan) sebagai standar waktu yang berlaku dalam urusan keagamaan.

Seterusnya memerintahkan infak di jalan Allah, sebab ia adalah sarana untuk menghindari kebinasaan dan wasiat untuk kedua orang tua dan kaum kerabat, menjelaskan orang-orang yang berhak diberi nafkah.

Seterusnya mengatur tata krama pergaulan dengan anak-anak yatim dalam kehidupan sehari-hari, mengatur urusan keluarga: pernikahan, perceraian, penyusuan, iddah, iilaa’ terhadap kaum wanita.

Selanjutnya tidak menjatuhkan hukuman atas sumpah yang laghwi, mengharamkan sihir dan pembunuhan tanpa alasan yang benar, mewajibkan qisash dalam peristiwa pembunuhan.

Berikutnya mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara yang batil, mengharamkan khamar, judi, dan riba, serta mengharamkan menyetubuhi istri pada waktu haid atau menyetubuhinya pada organ yang bukan untuk menanam benih dan bereproduksi (yakni menyetubuhinya pada bagian anus).

Dalam Surat ini terdapat sebuah ayat yang agung tentang akidah dan rahasia-rahasia ketuhanan, yaitu ayat Kursi.

Dalam Surat Al-Baqarah ini memperingatkan kedahsyatan hari Kiamat dalam ayat yang merupakan ayat Al-Qur’an yang paling akhir diturunkan, yaitu ayat:

Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. al-Baqarah: 281)

Dalam Surat ini terdapat ayat yang paling panjang dalam Al-Qur’an, yaitu ayat utang, yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan utang, seperti mencatat, mempersaksikan akad, persaksian, hukum wanita dan pria dalam soal kesaksian, pergadaian, kewajiban melaksanakan amanah, dan keharaman menyembunyikan kesaksian.

Surat Al-Baqarah ini ditutup dengan mengingatkan untuk bertobat kepada Allah, memanjatkan doa yang agung yang mencakup permohonan agar diberi kemudahan dan kelonggaran, melenyapkan haraj (kesempitan), belenggu, dan beban, serta permohonan agar diberi kemenangan atas kaum kafir.

Jadi, seluruh Surat Al-Baqarah ini merupakan manhaj yang lurus bagi kaum mukminin, dengan menjelaskan ciri-ciri mereka dan ciri-ciri para penentang dan musuh mereka (yaitu kaum kafir dan kaum munafik).

Pula menjelaskan metode-metode pensyariatan dalam kehidupan individu maupun masyarakat, dan berlindung (di bagian penutupnya) kepada Allah dan memanjatkan doa kepada-Nya secara kontinu agar diteguhkan di atas iman dan diberi bantuan dengan karunia ilahi, serta mewujudkan kemenangan atas musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kemanusiaan.

Sebagian dari wejangan-wejangan yang terkandung dalam Surat Al-Baqarah antara lain bahwa kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah mengikuti agama.

Seterusnya disebutkan bahwa pokok-pokok agama ada tiga: iman kepada Allah dan rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan amal saleh. Juga bahwa kekuasaan seharusnya dipegang oleh orang-orang yang beriman dan istiqamah, akan tetapi pemaksaan untuk masuk agama Islam adalah terlarang.

Keutamaannya Surat Al-Baqarah

Keutamaan Surat Al-Baqarah sangat agung dan pahalanya amat besar. Surat ini dinamakan pula sebagai Fusthaathul-Qur’an (Tenda Al-Qur’an), karena ia besar, megah, dan banyak berisi hukum-hukum serta wejangan-wejangan. 

Rasulullah saw. pemah bersabda:

“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan menjauh dari rumah yang di dalamnya dibaca Surat al-Baqarah.” (HR. Imam Muslim dan Tirmidzi)

Beliau Saw juga bersabda:

“Bacalah surat al-Baqarah, sebab mengambil-nya adalah berkah dan meninggalkannya adalan penyesalan; dan tukang-tukang sihir tidak dapat menguasainya.” (HR. Imam Muslim)

Dalam Shahih al-Busti diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd bahwa Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya segala sesuatu memiliki punuk (bagian yang menonjol), dan sesungguhnya punuk Al-Qur’an adalah Surat al-Baqarah. Barangsiapa membacanya di rumahnya pada malam hari, niscaya setan tidak akan masuk rumahnya selama tiga malam. Dan barangsiapa membacanya pada siang hari, niscaya setan tidak akan masuk rumah nya selama tiga hari.”