Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sedih, Hari Raya Menjadi Musibah Bagi Anak Yatim

Alfailmu.com - Ada ulama salafusshalih yang mengatakan bahwa sesungguhnya hari raya menjadi musibah bagi anak yatim dan bagi sebagian orang-orang yang telah meninggal keluarganya. 

Kisah Sedih, Hari Raya Menjadi Musibah Bagi Anak Yatim

Dikisahkan, riwayat dari Anas bin Malik r.a, dari Nabi Muhammad ‘alaihi shalatu wasalam, suatu hari Nabi Muhammad SAW berangkat untuk shalat hari raya, sedangkan anak-anak kecil waktu itu sedang bermain-main. Ternyata, di antara mereka itu ada seorang anak yang sedang duduk, bersedih dengan pakaian yang compang camping, serta ia sedang menangis.

Langsung saja, Rasulullah Saw bertanya kepadanya,
"Hai, nak, kenapa engkau menangis dan tidak bermain bersama anak-anak yang lain?"

Anehnya anak lelaki tersebut tidak mengenal bahwa sosok yang sedang berbicara dengannya adalah Baginda Nabi Saw, maka berkata ia kepada Nabi SAW:
“Wahai lelaki, ayahku telah meninggal bersama dengan Rasulullah dalam satu peperangan, ibuku menikah lagi dan mengambil hartaku, serta suami barunya mengusirku dari rumah. Saya tidak punya makanan, minuman, pakaian, serta rumah. Maka hari ini tatkala aku lihat anak-anak lain memiliki ayah, seolah saya merasa mendapat musibah atas kematian ayahku, karena alasan itulah aku menangis".

Maka Rasulullah SAW mengambil tangannya seraya berkata:
“Wahai, anak kecil, apakah kamu rida jika aku menjadi ayahmu, 'Aisyah sebagai ibumu, 'Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudaramu, serta Fatimah sebagai saudara perempuanmu?"

Seketika anak kecil tadi sadar bahwa yang berbicara dengannya adalah Rasulullah, hingga berkata ia kepada Nabi SAW,
“Tentu saya sangat rida, wahai Rasulullah, sungguh senang sekali bila engkau mau menerimaku”.

Kemudian, Rasulullah membawa pulang anak kecil tersebut ke rumahnya, diberikan pakaian yang paling indah, diberi makan, didandankan, dan dipakaikan minyak wangi. Maka setelah itu, anak kecil tersebut pun keluar dengan tertawa gembira, ikut bersama dengan anak-anak lain sambil tersenyum-senyum. 

Tatkala anak-anak lain melihatnya, mereka bertanya:
“Sebelumnya kamu menangis, terus kenapa sekarang tertawa, ada apa?"

Maka kecil tersebut pun menjawab:
“Sebelumnya aku kelaparan, pakaianku jelek, serta aku yatim, sedangkan sekarang aku kenyang, punya baju terbaik, dan Rasulullah menjadi ayahku, 'Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, 'Ali pamanku, serta Fatimah menjadi saudara perempuanku, mana mungkin aku tidak bahagia, bukan?”

Ketika anak-anak kecil lain mengetahui bahwa anak kecil tersebut telah diangkat oleh Nabi, maka mereka berkata,
“Ahh, seandainya saja ayah kami juga meninggal dalam perang fisabillah, maka pasti kami pun akan diangkat menjadi anak Baginda Rasulullah SAW".

Akhirnya, tatkala Rasulullah wafat, anak yatim kecil tadi keluar lagi. Dia pun merasa yatim kembali. Ia kemudian menaburkan debu di atas kepalanya, meminta tolong seraya berkata,
“Sekarang aku kembali menjadi gharib (orang asing), tidak ada kawan lagi, yatim serta tidak ada ayah lagi”.

Hingga kemudian Sayyidina Abu Bakar As-Shidiq sebagai khalifah kala itu, mengambil anak yatim tersebut sebagai ganti dari Rasulullah SAW untuk menjadi ayahnya. (Abu MUDI)