Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Tanda Orang Sombong yang Jarang Disadari

Alfailmu.com - Dalam satu majelis, Habib Ali Al-Jufri ditanyai tentang apa saja tanda-tanda nyata kesombongan? Beliau Menjawab bahwa tanda kesombongan secara nyata ada 3, yaitu sebagai berikut.

3 tanda orang sombong yang jarang disadari

3 Tanda-Tanda Orang Sombong

1. Merasa lebih baik daripada orang lain

Di antara tanda kesombongan ialah seseorang merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Bahkan jika ia meyakini bahwa dirinya lebih baik dari orang lain pada satu sisi maka telah lupa bahwa yang memberikan kelebihan itu adalah Allah dan bukan dirinya sendiri. Dan kelebihan tersebut akan dipertanyakan pada hari kiamat. 

Dengan apa kita menyombongkan diri? Dengan perkara duniawi? Berarti dia bodoh sekali.  Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknat orang sombong karena merasa lebih baik daripada orang lain. Maka jangan bangga dengan kesombongan, karena hal tersebut akan membuat dirimu dilaknat oleh Allah. 

Sedangkan bila seseorang menyombongkan urusan agamanya, maka itu menunjukkan bahwa ia belum mendapatkan hakikat dari hal tersebut. Ia hanya mendapatkan gambaran dari hal itu. Karena bila ia benar-benar telah  meraih hakikat agama, maka itu akan membuatnya semakin tawadhu' dan rendah diri. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah orang yang paling tawadhu' kepada Allah. Bahkan pada puncak kemenangan dalam menaklukkan kota Mekah, beliau masuk untuk melaksanakan haji dengan kepala tertunduk.

Perawi mengatakan hingga kepala beliau hampir mengenai tali kekang tunggangannya dan di bawahnya beralaskan dua alas beludru yang harganya tidak sampai 4 Dirham. Rasulullah ﷺ masuk dengan kepala menunduk karena menjaga adab dengan Allah.

Lantas apa yang membuatmu merasa lebih baik daripada orang lain? Karena merasa lebih baik merupakan tanda kesombongan. 

2.  Merasa berat ketika menerima nasehat

Tanda sombong kedua adalah ketika kamu merasa berat dalam menerima nasehat. Kamu tidak terima jika disalahkan oleh orang lain. Ini adalah tanda menutup kebenaran dan itulah salah satu tanda kesombongan. 

Ketika Sayyidina Umar sedang berkhutbah dan memerintahkan sesuatu, seorang wanita bangun dan berkata, "Wahai Amirul Mukminin, hal itu berbeda dengan kebenaran!".

Umar bertanya, "Lantas bagaimana?". Wanita itu berdalil dengan sebagian ayat. Kemudian Sayyidina Umar terdiam dan berkata, "Wanita itu benar, Sedangkan aku (Umar) salah!". Beliau menerima Perkataan wanita itu. 

Seorang khalifah, pemimpin negara, Amirul Mukminin yang sedang di atas mimbar dan berada di hadapan banyak orang. Namun, ketika seorang wanita dari kalangan rakyat biasa bangun, menyalahkan Umar dan mengatakan apa menurutnya benar. Sayyidina Umar merenung dan menyadari bahwa perkataan itu benar dan berkata wanita itu benar, sedangkan Umar salah. 

Di waktu yang lain, ada pula yang berkata kepada Sayyidina Umar ketika beliau sedang berkhutbah, “Saya tidak akan patuh kepadamu, wahai Umar".

Umar bertanya, "Mengapa Wahai hamba Allah?". Orang itu menjawab, "Ketika ada pembagian harta rampasan perang berupa pakaian, bagian anda adalah sepotong, dan kain sepotong tersebut tidak cukup untuk menyambung pakaianmu sampai ke bawah." 

Sayyidina Umar dan Hamzah termasuk orang yang sangat tinggi tubuh. Orang jangkung di kalangan Arab, Saking jangkungnya mereka berdua apabila menunggang kuda kakinya menapak di tanah, karena sedemikian tingginya.

Lelaki tadi melanjutkan, "Potongan pakaian rampasan perang bagian anda tidak cukup untuk menutupi hingga ke bawah, dari mana Anda mendapatkan potongan yang lain? Mencuri? Saya tidak mau patuh lagi padamu, wahai Umar!" 

Sayyidina Umar Berkata, "Bangunlah, wahai Abdullah bin Umar!, dan ceritakan dari mana saya mendapatkan potongan pakaian kedua ini". 

Kemudian Abdullah bin Umar bangun dan berkata, "Wahai segenap kaum muslimin, ketika saya melihat pakaian ayah tidak cukup menutupi hingga ke bawah, maka saya memberikan potongan pakaian bagian saya. Dan saya menjahitnya ke pakaian ayah dan itulah yang kini kalian lihat". 

Sayyidina Umar lalu bertanya pada orang itu, "Bagaimana pandanganmu?". Ia menjawab, "Saya percaya kembali kepada anda, wahai Sayyidina Umar". 

Sehingga jelas pelajaran dalam dua kisah Umar ini, bahwa salah satu cara menangkal kesombongan yaitu seseorang tidak boleh menolak ketika dinasehati. 

3. Merasa berat melihat orang lain dipuji

Ciri ketiga orang yang sombong ialah merasa berat ketika orang lain dipuji, terutama jika orang itu dan dirinya bekerja dalam satu bidang. Dengan begitu, jika seseorang merasa berat ketika melihat orang lain dipuji, maka nyatalah di dalam hatinya ada kesombongan yang akan menyebabkan ia iri hati. 

Menurut Habib Ali Al-Jufri, tanda kesombongan ini hanya bisa diobati dengan-menerus menghambakan diri  kepada Allah, dan menunduk, serta merenungkan asal penciptaan kita. 

Yaitu merenungkan asal penciptaan manusia yang berasal dari air mani yang hina, dari tanah. Sehingga kita sadar bahwa tubuh ini berasal dari benda yang hina, maka tidak pantas menyombongkan diri.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata:
Aku heran dengan orang yang sombong padahal ia lemah, dapat terbunuh karena tersedak,  dapat menjadi bau karena keringat, dan menjadi terganggu oleh serangga kecil
Jika serangga kecil masuk ke bajunya, maka ia tak dapat tidur. Lalu apa yang ingin ia sombongkan?. 

Suatu ketika seorang raja hendak melewati suatu jalan, dan sebagian pengawalnya meminggirkan orang-orang untuk membuka jalan. Kemudian ada seorang laki-laki tua yang shaleh, yang sudah mencapai setengah jalan atau lebih sehingga sulit baginya untuk kembali demi membuka jalan, dan jalan di depannya masih panjang.

Para pengawal Berkata:, "Tolong beri jalan, raja ingin lewat!". Lelaki tua itu menjawab, "Jalanan masih cukup untuk saya dan dia".

Merasa tidak didengarkan oleh lelaki shaleh ini. Lalu pengawal mengabarkan hal tersebut kepada Raja itu. Kemudian raja pun menyapa orang itu dan memberikan salam, dan bertanya, "Mengapa kamu tidak ingin membuka jalan setelah diperintahkan?".

Ia menjawab, "Jalan ini cukup luas untuk kita berdua, makan lewat lah dengan keberkahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala!". "Anda tidak kenal siapa saya'?”, Raja ingin mengingatkan bahwa ia adalah seorang penguasa.

"Saya sangat mengenalmu!, bukankah kamu yang berasal dari air mani yang hina? kamu akan berakhir sebagai bangkai yang menjijikkan? Dan diantara keduanya kamu membawa kotoran. Saya sangat mengenal kamu melebihi orang tuamu sendiri.” jawab orang shaleh tadi.

Akhirnya, Penguasa itu merasa malu karena Allah menghendaki kebaikan baginya. Ia menunduk dan berkata, "Kamu benar," dan mereka melalui jalan nya masing-masing.

Semoga Allah membersihkan hati kita dari tanda-tanda kesombongan tersebut. Mengaruniai kita kesempurnaan Istiqamah. Sungguh hanya Allah yang mampu mengabulkannya. (habib ali al-jufri, @pena_tarim)