Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan Bulan Sial! Ini 7 Amalan yang Baik Dilakukan di Bulan Safar

Alfailmu.com - 7 Amalan yang Baik Dilakukan di Bulan Safar, Bulan Safar merupakan salah salah satu bulan dalam penanggalan Hijriyah. Bila dihitung dari urutannya, safar adalah adalah bulan kedua terhitung setelah Bulan Muharram.

7 amalan yang baik dilakukan di bulan safar

Secara bahasa Safar berarti kosong, kuning dan juga nama dari salah satu penyakit. Safar dimaknai sebagai kosong, alasannya karena rumah-rumah orang Arab zaman dahulu, khususnya pada bulan ini akan kosong karena para penghuninya pergi berperang atau berburu.

Sebelum menjadi Safar sebagaimana sekarang, dulunya Safar dikenal dengan sebutan bulan Najir. Bulan safar juga merupakan bulan yang istimewa oleh masyarakat di kalangan manapun, banyak amalan yang bisa kita lakukan di bulan ini. Oleh karena itu, silakan baca artikel ini hingga selesai, ya!

Safar bukan bulan sial

Dalam kebanyakan masyarakat awam, Bulan Safar dipercayai sebagai Bulan Sial. Hingga di beberapa tempat, orang muslim di sana melakukan beberapa kegiatan ritual keagamaan untuk menghindari kesialan tersebut. 

Sebenarnya tudingan Safar sebagai bulan sial ini adalah berlatar belakang dari pemahaman Jahiliyah terdahulu yang beranggapan bulan ini membawa bencana.

Sehingga Masyarakat Arab Jahiliyah kala itu melarang melakukan berbagai kegiatan penting di bulan Safar karena dianggap mendatangkan kesialan.

Lantas, apakah Safar benar-benar Bulan Sial? Jawabannya adalah, Tidak!, Bulan Safar bukanlah bulan kesialan, melainkan bulan yang memiliki kemuliaan tersendiri sebagaimana bulan Hijriyah lain. 

Bahkan. Dalam beberapa catatan sejarah, beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam juga terjadi dalam bulan ini. 

Meskipun demikian, memang ada pandangan beberapa salafussaleh bahwa pada bulan ini Allah menurunkan banyak bencana sehingga mereka menganjurkan kita untuk mengamalkan doa khusus bulan Safar. 

Namun, apakah dengan penurun musibah di bulan ini menjadikan bulan Safar sebagai Bulan Sial? Iya, sudah pasti tidak, kan?. Allah menurunkan musibah dan bala bukan untuk semua manusia, bukan pula untuk membinasakan semua orang.

Bala atau musibah tersebut Allah Swt timpakan kepada orang-orang tertentu sebagai cobaan bagi mereka, atau hanya sebagai bagian dari takdir mereka.

Jadi, stop mengatakan Safar sebagai bulan Sial. Bulan Safar bukan bulan sial! Ia memiliki kemuliaan sebagaimana 11 bulan yang lain. Hal ini senada dengan sabda Nabi Saw dari riwayat Imam Bukhari:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw beliau bersabda: "Tidak ada 'adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan Jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat)." (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas dipahami bahwa tidak kesialan pada Bulan Safar. Hal itu merupakan kesalahpahaman Orang Jahiliyah dahulu. Artinya tidak ada bulan yang mendatangkan sial. Jadi tudingan Safar sebagai bulan sial adalah mitos dan keliru. 

Untuk lengkapnya seputar mitos bulan safar ini dapat dilihat pada artikel kami selanjutnya.

Peristiwa Penting dalam Bulan Safar

Alih-alih sebagai bulan sial, nyatanya Bulan Safar adalah bulan di mana banyak terjadi persitiwa penting yang tercatat dalam Sejarah Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hijrah Rasulullah SAW terjadi Bulan Safar

Menurut Syeikh Safiy Al-Rahman Al-Mubarakfuri, seorang Syekh Pakar dalam Sejarah Islam, menurut beliau Nabi Muhammad Saw mulai berhijrah sekitar pada malam 27 Safar pada tahun ke 14 setelah kenabian.

Artinya hijrah yang biasa kita peringati di bulan Muharram ini terjadi di akhir bulan Safar

2. Pernikahan Fatimah Az-Zahra dengan Sayyidina Ali

Dalam sejarah tercatat bahwa pernikahan Anak Rasulullah Saw. Fatimah az-Zahra dengan Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah terjadi bulan Safar.

Hingga kemudian bukan saja pada bulan Syawal, muslim juga mengambil bulan ini sebagai referensi untuk aqad nikah.

3. Perang Khaibar

Di antara peristiwa penting lainnya adalah Safar merupakan bulan terjadinya Perang Khaibar. Perang Khaibar adalah perang muslim melawan kekuatan Yahudi terkuat di Jazirah Arab.

Latar belakang terjadinya Perang Khaibar ialah disebabkan Yahudi Bani Nadhir yang setelah terusir dari Madinah kemudian menetap di Khaibar hingga menimbulkan permusuhan dan melawan umat Islam kala itu. 

4. Perang Abwa (Perang Wadan)

Selain Perang Khaibar, pada bulan Safar pula Perang Abwa atau dikenal pula dengan perang Wadan. Perang ini pecah pada bulan safar tahun 2 Hijriyah, bertepatan pada tahun 623 M. 

Perang ini disebabkan segerombolan kafilah Quraisy Mekah melewati wilayah Waddan. Seperti biasa, orang-orang kafir Quraisy telah mengobarkan peperangan terhadap Umat Islam sejak awal kedatangan Islam dan mereka mengambil harta kaum muhajirin dengan cara yang zalim.

7 Amalan yang Baik Dilakukan di Bulan Safar

Setelah kita mendapat penjelasan tentang Bulan Safar bukan bulan sial, juga pada bulan safar banyak terjadi peristiwa-peritiwa penting dalam sejarah Islam.

Nah, sekarang tiba saatnya kita membahasa tentang amalan-amalan yang dianjurkan dalam bulan Safar.

Lantas, apa saja amalan bulan Safar yang bisa kita lakukan? Simak penjelasan 7 Amalan yang Baik Dilakukan di Bulan Safar berikut ini hingga tuntas, ya!

1. Puasa Sunah di Bulan Safar

Salah satu amalan yang dapat dilakukan di Bulan Safar ini adalah puasa sunah. Berbeda dengan beberapa bulan haram, Rajab, Sya’ban dan Zulhijjah yang memiliki puasa khusus, seperti Puasa Asyura, Nisfu Sya’ban, Tarwiyah, Arafah, dll, maka pada bulan Safar tidak ada puasa khusus.

Meskipun demikian, pada bulan Safar kita tetap bisa melakukan puasa Sunah yang sifatnya umum, sebut saja puasa Ayyamul Bidh yang berlangsung setiap tanggal 13, 14 dan 15 dari bulan Hijriyah.

Puasa Ayyamul Bidh adalah salah satu puasa sunah yang dianjurkan untuk kita amalkan pada setiap bulan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

عَنْ أَنَسٍ أَخِي مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ مِلْحَانَ الْقَيْسِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ قَالَ وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ 

Dari Anas, saudara Muhammad, dari Ibnu Milhan Al Qaisi dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami agar berpuasa pada hari Bidh yaitu tanggal tiga belas, empat belas, dan lima belas. Ia berkata; dan beliau berkata; hari-hari tersebut seperti satu tahun. (HR. Abu Daud)

Pada bulan Safar ini, pula kita dapat selalu membiasakan diri dengan berpuasa Sunah Senin dan Kamis. Keutamaan juga sangat luar biasa. Sabda Rasulullah Saw:

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Dari Jubair bin Nufair bahwasanya 'Aisyah] berkata; " Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memilih berpuasa hari Senin dan hari Kamis." (HR. Nasai)

2. Memperbanyak salat Sunah

Amalan berikutnya yang dapat tingkatkan dalam bulan Safar adalah memperbanyak salat sunah. Ada begitu banyak salat sunah yang bisa kerjakan di sini, misalnya salat Sunah Dhuha. 

Ada banyak sekali keutamaan salat Sunah Dhuha yang telah disebutkan dalam beberapa hadis. Keutamaan yang paling populer adalah salat Sunah Dhuha dapat melapang rezeki.

Salat sunah lain yang tak kalah pentingnya untuk diamalkan adalah salat sunah tahajud, sebagaimana firman Allah Swt:

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al Israa: 79)

3. Memperbanyak Istighfar

Istighfar adalah amalan yang selalu dikerjakan oleh Rasulullah Saw sendiri. Padahal sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Rasulullah Saw adalah sosok manusia pilihan yang ma’sum, yaitu tidak memiliki dosa. Bukti istighfar beliau terdapat dalam hadis:


عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً 

Dari Az Zuhri, dia berkata; telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] dia berkata; Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari)

Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw beristighfar sehari semalam 100 kali. Istighfar ini bukan bukan hanya dicontohkan oleh Rasulullah Saw, tetapi Allah secara langsung pula menyuruh hambanya untuk memohon ampun kepada-Nya:

وَٱسْتَغْفِرِ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا

Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisa:106)

Oleh karena itu, bila Rasulullah yang tak berdosa sekalipun tetap beristighfar kepada Allah, bahkan dengan jumlah yang fantastis (70-100 kali / hari), apalagi kita umatnya yang bergelimang dengan dosa. Tentu kita sudah seharusnya memperbanyak beristighfar kepada Allah, apalagi di bulan-bulan mulia seperti Safar ini.

4. Membantu sesama dengan Bersedekah

Sedekah erat dikaitkan dengan keluasan harta, bukan? Iya, benar! Tetapi juga sepenuh sedekah itu harus dengan harta.

Ada berbagai macam sedekah dalam Islam, ada sedekah wajib, yaitu zakat, dan sisanya adalah sedekah sunah. Jelas sedekah wajib (zakat) harus berdasarkan harta. Namun, sedekah yang sifatnya sunah selain dengan harta juga bisa berupa senyuman. Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ مَالِكِ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ 

Dari Malik bin Martsad dari ayahnya dari Abu Dzarr, ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah, engkau berbuat ma'ruf dan melarang dari kemungkaran juga sedekah,

Engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah, engkau menuntun orang yang berpenglihatan kabur juga sedekah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan merupakan sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu juga sedekah.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadi di atas, dapat dipahami bahwa sedekah bahkan bisa bersifat lebih luas, bukan hanya senyuman di wajah saudara, berbuat berbuat ma'ruf dan melarang kemungkaran, merupakan sedekah. 

Begitu juga menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, menuntun orang yang berpenglihatan kabur, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalan, serta menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu, semua itu merupakan sedekah.

Menariknya dari beberapa amalan sedekah di atas tidak butuh kepada harta atau uang, kan? Artinya siapa saja dari kita bisa bersedekah.

Kendatipun tidak dengan harta kita bisa memperbanyak sedekah dengan perbuatan dan perlakuan baik kita kepada orang lain.

Keutamaan bersedekah dalam Islam sangatlah banyak. Di antaranya telah Allah sebutkan secara jelas pahala sedekah di dalam Al Quran:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)

5. Mempererat Hubungan Silaturahmi

Dalam satu hadis yang diambil dari Abdullah bin Salam r.a. bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ وَقِيلَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ 

Dari Abdullah bin Salam, ia berkata, “Tatkala Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam datang ke Madinah, orang-orang berlari menuju ke arahnya. Ketika diumumkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah tiba, maka aku pun mendatangi kerumunan orang-orang itu untuk melihat beliau.

Ketika aku dapat melihat dengan jelas wajah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, aku dapat mengetahui bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang pendusta,

dan pertama kali yang beliau ucapkan adalah: “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah)

hadis di atas menerangkan kepada kita dengan jelas bahwa di antara kelebihan menyambung silaturahmi yaitu menjadi sebagai salah satu amalan/ibadah yang dapat mengantar seseorang menuju surganya Allah Swt.

Di dalam hadis yang lain Rasulullah Saw juga bersabda:

عَنْ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (HR. Muslim)

6. Berdakwah, mengajak orang pada Kebaikan

Dakwah kepada kebaikan adalah metode utama Rasulullah Saw dalam menyebarkan Islam. Sebagaimana dakwah Islam pertama kali diperkenalkan oleh Rasulullah, maka kita pun bila berdakwa harus mengikuti metode beliau.

Apa itu? Yaitu berdakwah kepada kebaikan dengan kebaikan pula. Firman Allah Swt:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl:125)

Lantas, bagaimana dengan pahala dan keutamaan amalan dakwah ini? Rasulullah Saw telah menjelaskan di dalam hadisnya yang mulia:

عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا 

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.

Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

7. Belajar Ilmu yang Bermanfaat dan Mengajarkannya

Terakhir, amalan yang bisa dilakukan di bulan Safar ini adalah terus belajar Ilmu yang bermanfaat, yaitu belajar Ilmu agama dan mengajarkannya. 

Belajar ilmu ini merupakan inti dari agama Islam itu sendiri. Alasannya bagaimana seorang muslim bisa mengamalkan agamanya tanpa ada ilmu dan petunjuk dari guru. Karena itu kewajiban menuntut ilmu adalah keniscayaan.

Perintah belajar ilmu ini sudah sangat terang disebutkan dalam nash (dalil) agama Islam. Yang paling populer yaitu sabda Rasulullah Saw:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ

Dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.” (HR. Ibnu Majah)

Keutamaan menuntut ilmu sangat banyak sekali, di antaranya ilmu menjadi amal yang tidak terputus-putus hingga setelah meninggal, sabda Rasulullah Saw:

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا مَاتَ الإنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ: صَدَقةٍ جَاريَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ». (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: "Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendoakannya." (HR.Muslim).

Setelah memiliki ilmu, tidak boleh berhenti di situ, tetapi ilmu itu harus disebar luaskan dengan mengajarkannya. Karena nabi sendiri menyebutkan diri sendiri sebagai orang yang mengajarkan ilmu:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا 

Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pun bersabda: “Masing-masing berada di atas kebaikan, mereka membaca Al Quran dan berdoa kepada Allah, jika Allah menghendaki maka akan memberinya dan jika tidak menghendakinya maka tidak akan memberinya. Dan mereka sedang belajar, sementara diriku di utus sebagai pengajar,” (HR. Ibnu Majah)

Kemudian perintah mengajarkan ilmu juga datang dari Rasulullah dalam hadis yang lain beliau bersabda:

أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، ». (رواه البخاري)

Sesungguhnya Nabi Saw bersabda: "Sampaikan (ilmu) olehmu dariku walau hanya satu ayat,” (HR. Imam Bukhari)

Hadis-hadis yang kami sebutkan di atas hanya beberapa saja, masih sangat banyak dalil-dali hadis dan Quran yang menyebutkan dan menjelaskan tentang keutamaan belajar ilmu dan mengajarkannya.

Demikianlah beberapa Amalan yang bisa kamu lakukan di bulan Safar ini. Tentunya belum semunya yang kami sebutkan, masih banyak sekali amalan-amalan sunah lain yang bisa kerjakan dalam bulan ini. Beberapa amalan yang lain silakan dibaca di sini, Cek it Out. Semoga bermanfaat.