Anjuran Memulai Sesuatu dengan Hamdalah (Alhamdulillah)
Alfailmu.com - Hamdalah atau kalimat Alhamdulillah merupakan salah satu ungkapan ketika memuji Allah Swt atas pemberian nikmatnya. Sebenarnya kalimat hamdalah ini diucapkan sebagai bentuk syukur kita atas limpahan rahmat dan karunia Allah Swt.
Anjuran Memulai Sesuatu dengan Hamdalah |
Namun, dalam khazanah keislaman selain basmalah, ucapan hamdalah juga menjadi kalimat yang dianjurkan untuk dibaca ketika memulai sesuatu kegiatan.
Pengertian Hamdalah
Secara bahasa kata hamdalah (الحمد لله) memiliki makna memuji Allah Swt atau sifat-Nya dengan ucapan lisan disertai dengan rasa mengagungkan dan memuliakan.
Sedangkan menurut istilah hamdalah adalah perbuatan seseorang yang menunjukkan sikap mengagungkan atau memuliakan pihak yang memberi nikmat karena telah memberikan nikmat kepada mereka atau orang lain, adakalanya perbuatan tersebut dicerminkan melalui lisan, hati, maupun gerakan anggota tubuh.
Dari dua pengertian hamdalah di atas, nyatanya anjuran membaca hamdalah setiap memulai sesuatu adalah hamdalah pada pengertian pertama yaitu makna hamdalah dari segi bahasa.
Sementara makna hamdalah secara istilah tidak ada perintah dilakukan dalam memulai sesuatu. Karena maksud hamdalah yang dianjurkan adalah ucapan lisan dalam memuji Allah Swt, bukan perbuatannya.
Anjuran memulai sesuatu dengan Hamdalah
Anjuran membaca hamdalah ini adalah ketika memulai sesuatu yang bernilai baik di mata agama seperti yang biasa kita temukan pada setiap karangan kitab para ulama.
Perintah memulai sesuatu dengan hamdalah ini didasari oleh hadis riwayat Ibnu Majah yang berbunyi:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد لله فهو
أجذم (رواه ابن ماجه)
“Segala sesuatu yang memiliki kebaikan menurut syariat bila tidak diawali dengan alhamdulillah (hamdalah), maka hal tersebut adalah ajdzam.” (HR Ibnu Majah)
Dalam satu riwayat disebutkan, “أقطع”, ada pula riwayat dengan ibarat “أبتر”. Arti dari masing-masing “ajzam” “aqta” “abtar” adalah “qalil barakah”, maksudnya adalah hal tersebut kurang berkah atau sedikit berkahnya.
Namun, bukankah hadis di atas mirip dengan hadis anjuran memulai sesuatu dengan basmalah? Iya jawabannya benar, hadis tersebut sama dengan hadis anjuran memulai dengan basmalah.
Bedanya adalah pada riwayat hadis, sebagian menyebutnya dengan basmalah sebagian riwayat yang lain menyebutnya dengan hamdalah seperti hadis riwayat Ibnu Majah di atas.
Oleh karena itu, kebanyakan ulama dalam membuat karangan kitab memulai dengan kalimat tersebut secara bersamaan, pertama basmalah sebagai ibtidak haqiqi (permulaan asal) kemudian dilanjutkan dengan hamdalah sebagai ibtidak idhafi (permulaan tambahan).
Penggabungan pada dua kalimat ‘permulaan’ tersebut selain bertujuan ikut mengamalkan hadis Rasulullah Saw juga ikut meniru penulisan Al Quran, seperti pada Surat Al Fatihah.
Imam Nawawi rahimahullah ta’ala anhu menyebutkan:
يستحب الحمد في ابتداء الكتب المصنفة وكذا في ابتداء دروس
المدرسون وقراءة الطالبين بين يدي المعلمين سواء قرأ حديثا أو فقها أو غيرهما
“Disunahkan memuji Allah dalam permulaan karangan-karangan kitab. Begitu juga, disunahkan dalam mengawali pelajaran bagi para guru, begitu juga ketika santri mengawali membaca hadapan guru, baik membaca pelajaran Hadis, Fiqih, dan selainnya.”
Kalimat-kalimat Hamdalah yang digunakan
Sebagai seorang muslim, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kata Alhamdulillah atau lengkapnya Alhamdulillahi rabbil ‘alamin sebagai ungkapan atau kata ketika kita memuji Allah atas rasa syukur terhadap nikmat-nikmat Allah Swt.
Lantas, apakah apakah kata alhamdulillah di atas sebagai kata hamdalah satu-satunya hingga kita hampir tidak pernah mendengar orang membacanya dengan kalimat pujian lain?
Jawabannya, tidak, ada banyak kalimat, kata atau ungkapan yang bisa kita ucapkan ketika memuji Allah Swt.
Memang benar, disebutkan bahwa ungkapan yang paling baik dalam memuji Allah adalah dengan kalimat alhamdulillahi rabbil ‘Alamin.
Meskipun demikian, sebagian ulama yang dalam kalangan Mazhab Syafii menyebutkan bahwa memuji Allah Ta’ala yang paling baik menggunakan kalimat:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُ
مَزِيْدَهُ
Ada pula ulama yang menyebutkan kalimat yang paling utama dalam memuji Allah adalah dengan ungkapan:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ كُلَّهَا مَا عَلِمْتُ
مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ
Kemudian sebagian ulama yang lain menambahkan menjadi:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِهِ كُلَّهَا مَا عَلِمْتُ
مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ عَدَدَ خَلْقِهِ كُلِّهِمْ
مَا عَلِمْتُ مِنْهُمْ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ
Rasulullah Saw sendiri dalam hadis riwayat Ibnu Majah dari Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, melihat sesuatu yang beliau sukai, maka beliau berkata;
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Dan ketika beliau melihat sesuatu yang tidak beliau sukai, beliau pun berkata;
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ إِنِّيْ أَعُوْذُ
بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ
Nah, setelah kita mengetahui beberapa ungkapan hamdalah di atas tinggal kita pilih dalam kehidupan sehari-hari mana yang lebih mudah atau ungkapan apa yang paling sesuai untuk kita ucapkan. Semoga bermanfaat.
Muhammad Ihsan Ibnu Zuhri, Kitab dan Terjemahan Syarah Kasyifatus Saja, Jilid. 1, disunting.