Kandungan Fiqih Surah Al-Baqarah ayat 111-113
Masing-masing kelompok dari kaum Ahli Kitab (baik Yahudi, maupun Nasrani) seharusnya beriman kepada kitab kelompok lain, kemudian mereka semua beriman kepada Al-Qur’an.
Sebab mereka mengetahui pokok-pokok agama dan wahyu, mengakui prinsip kenabian, dan memercayai adanya Tuhan; berbeda dengan orang-orang kafir bangsa Arab, yang musyrik dan menyembah berhala, sebab mereka tidak punya kitab suci.
Jadi, tidak ada alasan bagi terjadinya perselisihan, pertentangan, permusuhan, dan bentrokan antara kaum Yahudi dan Nasrani.
Yang perlu mereka lakukan tidak lain adalah melaksanakan dan mengimani semua yang terdapat dalam kitab mereka, sehingga mereka memperoleh petunjuk kepada iman yang benar dan mereka pun membenarkan kerasulan setiap nabi yang akan datang.
Jalan keselamatan bagi setiap manusia adalah iman yang tulus kepada Allah, yang berisi ketundukan yang bulat kepada perintah Allah, yang bersih dari segala kesyirikan, yang berdiri di atas amal saleh dan ibadah yang ikhlas kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Iman semata tanpa diiringi dengan amal saleh tidak ada manfaatnya. Setiap orang atau setiap bangsa tidak berhak mengklaim dlrinya lebih pantas untuk mendapatkan rahmat Allah ketimbang orang bangsa lain.
Alasannya karena Allah adalah Tuhan semesta alam, Alalh Swt membalas setiap manusia sesuai dengan perbuatannya: kalau perbuatannya baik, balasannya pun baik, tetapi kalau perbuatannya jelek, balasannya pun jelek.
Klaim seseorang tidak diterima jika tidak dibarengi bukti. Jadi, barangsiapa mengklaim sesuatu (baik positif atau negatif), maka dia harus mengajukan bukti.
Surat al-Baqarah ayat 111-113 ini menunjukkan batilnya taklid, yaitu menerima sesuatu tanpa dalil.
Al-Qur’an sendiri penuh dengan pembuktian atas kudrah, kehendak eksistensi, dan keesaan Allah dengan ayat-ayat kauniyyah (fenomena-fenomena alam) dan dalil-dalil logis.
Penciptaan alam cukup menjadi dalil eksistensi Allah Ta’ala, sebagaimana tidak dapatnya alam ini memiliki banyak Tuhan cukup menjadi dalil keesaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” (QS. al-Anbiyaa: 22)
(Abdul Hayyie al Kattani, dkk, Terjemah Tafsir Al-Munir 1)