Hadis Keutamaan Orang yang Berilmu dan Mengajarkannya serta Penjelasannya
Alfailmu.com - Hadis tentang Keutamaan Orang yang Berilmu dan Mengajarkannya serta Penjelasannya. Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a, dari Nabi Saw beliau bersabda:
عن أبي موسى الأشعري: مَثَلُ ما بَعَثَنِي اللهُ به مِنَ الهُدى والعِلْمِ، كَمَثَلِ الغَيْثِ الكَثِيرِ أصابَ أرْضًا، فَكانَ مِنها نَقِيَّةٌ، قَبِلَتِ الماءَ، فأنْبَتَتِ الكَلَأَ والعُشْبَ الكَثِيرَ، وكانَتْ مِنها أجادِبُ، أمْسَكَتِ الماءَ، فَنَفَعَ اللهُ بها النّاسَ، فَشَرِبُوا وسَقَوْا وزَرَعُوا، وأَصابَتْ مِنها طائِفَةً أُخْرى، إنّما هي قِيعانٌ لا تُمْسِكُ ماءً ولا تُنْبِتُ كَلَأً، فَذلكَ مَثَلُ مَن فَقُهَ في دِينِ اللهِ، ونَفَعَهُ ما بَعَثَنِي اللهُ به فَعَلِمَ وعَلَّمَ، ومَثَلُ مَن لَمْ يَرْفَعْ بذلكَ رَأْسًا، ولَمْ يَقْبَلْ هُدى اللهِ الذي أُرْسِلْتُ بهِ. (أخرجه البخاري)
Artinya: Perumpamaan apa yang dibawakanAllah kepadaku dalam pengutusanku, yaitu berupa petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang membanjiri tanah. Di antara tanah itu terdapat tanah yang subur yang dapat menerima air sehingga menumbuhkan padang rumput yang lebih banyak.
Terdapat juga tanah yang padat yang menahan air dan dengannya Allah memberi manfaat kepada umat manusia, lalu mereka minum dan memberi minum serta menggunakannya untuk bercocok tanam. Dan air hujan itu bisa juga mengenui bagian lainn, yaitu tanah yang licin yanng tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan padang rumput.
Demikian itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah, dan apa yang dibawakan kepadaku bermanfaat baginya, dimana ia menguasai ilmu dan mengajar. Sedangkan perumpamaan orang yang tidak menolehkan kepala kepadanya dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus. (HR. Imam Al Bukhri)
Penjelasan Hadis
Nabi Saw telah memberikan kepada anda perumpamaan orang yang mendapatkan petunjuk dan mempelajari ilmu pengetahuan serta dapat memanfaatkannya. Orang seperti ini akan menjadi sumber kebaikan dan berkah, perjalanannya sangat bersih, dan keberadaannya pun menjadi rahmat dan nikmat.
Kedua, beliau Saw memberikan perumpamaan orang yang tidak menerima petunjuk, dimana orang ini diumpamakan seperti batu keras yang tidak dapat mengambil manfaat dan memberi manfaat.
Ada yang berpendapat, Rasulullah Saw memilih hujan sebagai perumpamaan, karena hujan merupakan suatu yang sangat dibutuhkan makhluk. Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt:
Artinya: Dan Dialalah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dia yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (QS. Asy-Syuura: 28)
Sebelum Rasulullah Saw umat manusia dalam keadaan diuji dengan kematian hati dan menghilangnya ilmu pengetahuan sehingga Allah Swt melimpahkan rahmat kepada mereka dari sisi-Nya.
Diberikannya perumpamaan hujan dikarenakan adanya kemiripan antara hujan dengan ilmu. Karena, hujan dapat menghidupkan negeri yang sudah mati, sedangkan ilmu dapat menghidupkan hati yang sudah mati.
Imam An Nawawi menyebutkan, perumpamaan ini berarti bahwa tanah bumi itu terdiri dari tiga jenis, demikian halnya dengan manusia. Jenis tanah pertama adalah yang dapat mengambil manfaat dari hujan yang diturunkan padanya.
Sehingga tanah itu dapat hidup setelah sebelumnya dalam keadaan mati dan di atasnya tumbuh rerumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia dan juga binatang.
Sedangakan jenis pertama manusia adalah orang yang menerima petunjuk dan mencari ilmu, lalu ia bersungguh-sungguh untuk menghafalkannya dan menghidupkan hatinya serta mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang lain, sehingga dapat mengambil manfaat sekaligus memberi manfaat.
Jenis tanah kedua adalah yang tidak mau mengambil manfaat untuk dirinya sendiri, tetapi ia bisa memberi manfaat kepada pihak lain. Dimana tanah tersebut bisa menahan air sehingga air itu dapat diambil dan dimanfaatkan oleh manusia maupun binatang sebagai minuman atau kebutuhan lainnya.
Demikian juga dengan jenis kedua dari manusia, dimana manusia mempunyai kemampuan untuk mcnghafal tetapi mereka tidak mempunyai kecerdasan untuk memahami serta tidak pula mempunyai kedalaman ilmu yang dapat mereka manfaatkan.
Mereka ini juga tidak mempunyai upaya yang keras untuk mengamalkannya. Orang-orang seperti ini akan berusaha meughafal sehingga datang kepada mereka para ulama untuk mengambil manfaat dari mereka.
Ketiga, adalah jenis tanah tandus yang tidak dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dimana tanah ini tidak bisa memanfaatkan air dan bahkan tidak bisa menyerapnya untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak yang lain.
Demikian juga jenis manusia yang ketiga, dimana mereka tidak mernpunyai hati yang dapat menghafal dan juga pemahaman yang aktif.
Oleh karena itu, jika mereka mendengar ilmu, maka mereka tidak dapat memanfaatkannya dan tidak pula menghafalnya untuk dimanfaalkan oleh pihak lain. Demikian yang dikemukakan oleh Al Karmani.
Para pembaca budiman, di tangan anda terdapat Al Quran dan juga Al Hadis, telah jelas jalan keduanya, dan sinar keduanya telah memancarkan cahaya yang terang.
Oleh karena itu, amalkan keduanya dan pelajari adanya, agar anda menjadi teladan bagi umat manusia dalam mendapatkan petunjuk, menjadi pusat perhatian dalam hat perunjuk dan bukan dalam hal kesesatan.
Kemudian berjalanlah bersama orang-orang yang baik yang berilmu sekaligus mengamalkannya, lalu mereka menjadi suri teladan yang baik yang mau mengajar orang lain. Allah Swt berfirman:
Artinya: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?. (QS. Az Zumar: 22)
Dalam Kitab Syarh Al Mashabih, Al Madzhari membagi manusia berdasarkan penerimaan dan penolakan mereka terhadap ilmu:
(M. Abdul Ghoffar, Terjemah Jawahir Al Bukhari)
