Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Ummul Mukminin, Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq

Alfailmu.com - Ummul Mukminin, Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq adalah salah seorang istri Rasulullah SAW yang dijodohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam surga. Beliau merupakan satu-satunya wanita gadis (perawan) yang dinikahi oleh Rasulullah ﷺ, anak perempuan dari Abu Bakar As-Shiddiq.

kisah aisyah binti abubakar ra

Aisyah binti Abu Bakar As-Siddiq bin Quhafah berasal dari suku Quraisy yang memiliki nasab mulia dan suci. Nasabnya berkesinambungan hingga kepada Nabi Ismail bin Ibrahim 'Alaihissalalam. Beliau tumbuh di rumah yang penuh dengan iman, ilmu, kedudukan, dan rumah kaya. Ia tumbuh besar dalam lingkungan ini. 

Oleh karena itu, Aisyah Radhiallahu 'Anha sangat layak dinikahi oleh Nabi Muhammad ﷺ. Beliau dinikahi Nabi ketika masih sangat muda di Madinah. Dari rumah ilmu dan iman, berpindah ke rumah Nabi ﷺ. Dengan Begitu menjadikan Aisyah bertambah ilmu, taqwa, iman, dan menjadi pemimpin. 

Kisah Ummul Mukminin, Sayyidah Aisyah binti Abubakar

Ialah wanita yang disebut-sebut dengan "humaira", yang berarti “ yang kemereh-merahan” karena kulitnya yang memang putih agak kemerah-merahan. Rasulullah suka memanggilnya dengan nama itu, beliau sangat mencintainya. Saking cintanya beliau kepada Aisyah, hingga Rasulullah ﷺ menampakkan kecintaannya itu di depan umum.

Pernah ada sahabat yang bertanya pada Nabi ﷺ:

من أحب الناس إليك يا رسول الله؟ قال رسول الله: عائشة!

“Rasulullah, siapa manusia yang paling engkau cintai?”, Rasulullah menjawab, “Aisyah.” 

Sahabat bertanya lagi, “Bukan mengenai wanita, tetapi laki-laki!?”, Rasulullah menjawab, “Ayahnya". Maksudnya adalah ayah dari Aisyah, Abu Bakar As-Shiddiq.

Begitulah Nabi ﷺ menampakkan cintanya pada Aisyah di muka umum. Tidak malu, padahal beliau adalah Nabi yang disucikan ﷺ. 

Bahkan, Nabi Muhammad ﷺ bersabda pada istri-istrinya yang lain:

لا تؤذوني في عائشة، فإنه والله  ما نزل علي الوحي في لحاف أحد منهنا غيرها

Artinya: "Jangan menyakitiku sebab mengenai Aisyah, karena sesungguhnya demi Allah wahyu turun sedangkan dalam selimut Aisyah."

Nabi ﷺ sangat mencintainya, seorang wanita suci yang terjaga, wanita sempurna dan cerdas yang juga pakar fiqih. Ia paling banyak meriwayatkan hadis setelah Abu Hurairah. Khususnya hadis-hadis yang bersifat dekat tentang Nabi ﷺ. 

Coba bayangkan rumah tangga Rasulullah ﷺ yang penuh cinta ini, bersama dengan wanita sempurna, menawan, sangat sempurna. Namun, tiba-tiba saja Aisyah dituduh harga dirinya. Kaum munafik menuduh kehormatannya dan kehormatan Nabi dengan penuh kebohongan. 

Tatkala, Aisyah mengetahui tuduhan ini, lantas ia meminta izin kepada Nabi  ﷺ untuk pulang ke rumah ayahnya. Nabi mengizinkannya pergi dan tinggal dengan keluarganya.

Hingga pada suatu ketika, Nabi ﷺ mengunjunginya dan bersabda padanya:

يا عائشة إن كنتِ  المَمْتِ بذنب فاستغفر الله

Artinya: "Wahai Aisyah,  jika engkau khilaf melakukan dosa, mintalah ampun kepada Allah."

Kala itu Aisyah Radhiallahu 'Anha tidak mampu berbicara. Dia melihat ibunya, barangkali membelanya. Lantas, ia melihat kepada ayahnya, ternyata dia diam saja. Aisyah mengatakan:

إنما أشكو بَثِّيْ وحُزْنِيْ إلى الله

Artinya: "Hanya kepada Allah saya mengadukan kesusahan dan kesedihan."

Coba bayangkan betapa sulitnya waktu yang dialami Aisyah ini. Akhirnya, tidak berselang lama, wahyu turun untuk membebaskan Aisyah dari tuduhan, yaitu dengan Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ 

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. . .  (QS. An-Nur: 11)

Begitulah Allah membebaskan Aisyah dari langit yang ke-7, yaitu kalam-Nya, Al-Qur’an. Seketika wajah Nabi SAW berbinar-binar dan segera memberi kabar gembira tersebut kepada Aisyah. Sehingga semua bahagia dan bersuka cita. 

Inilah Aisyah, perempuan agung, periwayat banyak hadis. Juga seorang perempuan cerdas, pejuang, suci dan terjaga, cerdas, pejuang, serta ahli politik ulung. Di mana Nabi wafat di dadanya, ludah terakhir Nabi bercampur dengan ludah Aisyah. Nabi dimakamkan di kamar Aisyah dan ditangisi olehnya. 

Kemudian, setelah Rasulullah ﷺ wafat, Aisyah terus mencurahkan ilmu bagi para pencari ilmu. Hingga sebagian sahabat berkata, “Tidak satu pun pertanyaan pada Aisyah melainkan kami dapatkan pengetahuannya”. 

Keluasan ilmu Aisyah Radhiyallahu 'Anha sangat hebat, hingga ia diwafatkan pada  tahun 58 Hijriyah dan dimakamkan di Baqi'. 

Hidup Aisyah dipenuhi dengan pelajaran, kita sangat layak mendapatkan pelajaran darinya. Kita bisa belajar cara menjaga kehormatan dari beliau, menebarkan cinta, cinta dalam keluarga. 

Nabi ﷺ mengungkapkan cintanya pada Aisyah di depan umum. Maka khususnya para suami istri belajarlah dari kisah Rasulullah dan Aisyah dengan mengungkapkan cinta kepada keluarga. Tujuannya ialah untuk mendapatkan kebahagiaan dalam keluarga dan melanggengkan cinta.

Begitulah kehidupan Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu 'Anha yang tidak bisa kita ringkas dalam satu artikel saja. Namun, penulis hadirkan bagian terpentingnya saja dengan harapan pembaca semua mendapat faedah darinya, semoga bermanfaat. (Dr. rasyidah zebiri, @sanad_media)