Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Sayyidah Mariah Al-Qibthiyah, Hamba Sahaya Rasulullah SAW dari Mesir

Alfailmu.com - Pada tulisan kali ini kita akan membahas kehidupan ummul mukminin, seorang hamba (budak) perempuan suku Qibthi dari Mesir. Dia juga yang merdeka karena putranya yang juga putra Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yaitu Ibrahim. Beliau adalah Mariah binti Syama'un Al-Qibthiyah dari Mesir.

Kisah Sayyidah Mariah Al-Qibthiyah

Kisah Sayyidah Mariah Al-Qibthiyah

Hamba wanita hadiah dari Muqawqis

Mariah binti Syama'un Al-Qibthiyah, begitu yang biasa dikenal dalam Sejarah Islam, merupakan seorang hamba wanita yang di hadiahkan oleh Muqawqis, seorang pembesar suku Qibthi kepada Nabi Muhammad ﷺ tatkala Nabi mengutus utusannya, yaitu Hatib bin Balta'ah. 

Dalam suratnya, Muqawqis memberi nabi hadiah 2 hamba wanita yang memiliki kedudukan Mulia dalam suku Qibthi, yaitu Mariah Al-Qibthiyah dan saudaranya Sirin. Di antara yang dikatakan oleh Hatib bin Balta'ah pada Muqawqis:

"Demi umurku, kabar gembira Musa atas Isa seperti kabar gembira Isa atas Muhammad. Ajakanku padamu kepada Al-Qur'an tidak lain seperti ajakanmu pada pemeluk Taurat kepada Injil."

Hatib bin Balta'ah membawakan surat yang dikirimkan oleh Nabi ﷺ bersama-nya. Yaitu surat yang berisi ajakan beliau padanya untuk masuk Islam, agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Di dalamnya ada ayat:

قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِۦ شَيْـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُولُوا۟ ٱشْهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran: 64)

Begitulah utusan Rasulullah ﷺ menyampaikan suratnya kepada Muqawqis. Ia berdialog dengan Muqawqis dengan baik. Muqawqis menjawab dengan baik dan dengan sopan.

Ia juga menerangkan bahwasanya ia telah maksud pesan yang yang dalam surat dari Rasulullah ﷺ. Muqawqis juga telah tahu bahwa akan muncul seorang nabi, tetapi ia menyangka bahwa nabi setelah Nabi Isa Alaihissalam akan muncul di Syiria. 

Dengan begitu, Muqawqis mengirim beberapa hadiah melalui utusan Rasulullah, yaitu pakaian, dan 2 hamba wanita terbaik, dan juga bagal betina sebagai kenderaan Nabi ﷺ.

Dua hamba wanita tersebut, yaitu Mariah al-Qibthiya dan Sirin, saudarinya. Dalam perjalanan pulang dengan arahan dan tawaran Hatib bin Balta'ah mereka berdua pun masuk Islam.

Tatkala mereka sampai kepada Nabi ﷺ di Madinah. Kemudian Rasulullah memilih Mariah untuk beliau sendiri, dan memberikan Sirin kepada penyair beliau yaitu Hasan bin Tsabit. Dengan begitu Mariah menjadi hamba bagi Nabi Muhammad ﷺ. 

Rasulullah ﷺ memperlakukan Mariah dengan baik, walaupun beda perlakuan dalam nafkah dan giliran menginap, tetapi ia mendapatkan perlakuan yang sama dalam keharusan memakai hijab.

Kecemburuan Para Istri Rasulullah ﷺ kepada Mariah

Mariah memiliki keistimewaan berupa kecantikan, tutur kata yang indah dan kecerdasannya. Dengan hal tersebut menjadikan Nabi ﷺ mencintainya dan menempatkannya di rumah Harits bin Nu'man. Rumah yang dekat dari rumah-rumah Nabi ﷺ. 

Api cemburu menyala dalam hati para istri Nabi, sebab Nabi yang bolak-balik ke rumah Mariah dan mencintainya. Pernah satu ketika, ketika Nabi membawa Mariah ke rumah Hafsah kala dia sedang pergi.  Hafsah tahu, kemudian ia cemburu, marah dan menangis.

Lantas Nabi membuat Hafsah rida dengan mengharamkan diri Nabi atas Mariah. Karena hal ini, kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat Al-Qur'an, agar Nabi ﷺ merujuk dari sumpahnya dan mengembalikan Mariah dalam tanggung jawab belaiu. Ayatnya adalah:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِى مَرْضَاتَ أَزْوَٰجِكَ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. At-Tahriim: 1)

Begitulah Nabi ﷺ kembali menghalalkan Mariah setelah sebelumnya mengharamkan atas dirinya. Kemudian Rasulullah memindahan rumah Mariah ke sekitar Madinah yaitu di Aliyah. Tempat yang bercuaca nyaman,  membangunkan rumah untuknya di sana. Tujuannya untuk menghindari dari kecemburuan para istri-istri Rasulullah yang lain.

Ibu dari Anak Rasulullah ﷺ, Ibrahim

Nabi Shallallahu Alaihi Wasalam bolak-balik ke sana, dan beliau sangat gembira ketika mengetahui Maria hamil, setelah setahun menikahinya Mariah melahirkan Ibrahim untuk Nabi ﷺ. Ketika itu usia nabi 60 tahun. Nabi sangat gembira dengan putranya, Nabi menggendongnya,memandu dan menciumnya serta bersabda bahwa Ibrahim telah memerdekakan ibunya. 

Begitulah Mariah menjadi wanita merdeka setelah melahirkan anak untuk Nabi ﷺ. Para wanita Madinah dan para sahabat wanita begitu antusias menanti siapa yang mendapat kesempatan menyusui Ibrahim. Anak yang baru saja lahir, yang menjadi kegembiraan bagi Nabi ﷺ. 

Ternyata Umi Saif lah yang mendapat kemuliaan untuk menyusui Ibrahim. Namun, kegembiraan itu tidak lama, karena kurang lebih setelah usia Brahim 2 tahun, ia pun wafat. 

Nabi ﷺ sangat bersedih sebab perpisahan dengan bayi mungilnya, Ibrahim, beliau berkata:

إن عين لتدمغ وإن قلب ليحزن وإن لفراقك يا إبراهيم على محزون

"Sungguh mata benar-benar  mengalirkan air mata, dan Sungguh hati benar-benar bersedih dan sungguh kita karena berpisah denganmu benar-benar menjadi sedih."

Begitulah Nabi ﷺ menyabarkan dirinya dan ibunya, Mariah.

Setahun kemudian Rasulullah ﷺ pun wafat kembali ke hadhirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mariah bersedih dan menangisi kepergian Rasulullah.

Sosok wanita ahli ibadah

Setelah itu Mariah hidup sendiri sebagai ahli ibadah, taat kepada Allah. Beliau wafat pada tahun 16 Hijriyah ketika masa kekhalifahan Umar Bin Khattab berlangsung. Umar manyalatka Mariah dan memakamkannya di Baqi.

Nah, inilah ringkasan kisah hidup ibu kita Ummul Mukminin, Mariah Al-Qibthiyah. Dari kisah hidupnya banyak pelajaran dan nasehat. Di antaranya ialah pertama adalah memposisikan manusia pada posisinya. Nabi berbicara pada Muqawqis dengan kata "pembesar Qibthi".Kedua, menerima hadiah dari non muslim. Nabi Shallallahu ﷺ menerima hadiah Mukawqis. 

Ketiga, pemberlakuan syariat dalam kepemilikan hamba, ketika itu para sahabat memiliki hamba. Dengan pernikahan Nabi dengan Mariah seolah  menampakkan syariat kepada para sahabat bagaimana memperlakukan hamba dengan baik, dan mendorong memerdekakan hamba. (Dr. Rasyidah Zebiri / @sanad_media)