Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wafatnya Siti Aminah dan Peralihan Pengasuhan Nabi SAW

Wafatnya Siti Aminah dan Peralihan Pengasuhan Nabi SAW
Makam Ibunda Nabi Muhammad Saw, Siti Aminah di Abwa'. (Foto: Merdeka.com)

Alfailmu.com - Setelah empat tahun lamanya di bawah asuhan Halimatus Sa’diah, Nabi Muhammad Saw kecil dibawa kembali oleh ibundanya, Siti Aminah.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad dibawa ibunya pergi ke Madinah menemui paman-paman dari pihak ayah Nabi untuk bersilaturrahim. Namun, tiba-tiba dalam perjalanan pulang menuju Makkah tepatnya di satu desa yang bernama Abwa’, Siti Aminah mengalami sakit parah.

Hingga akhirnya karena sakitnya tadi, Siti Aminah pun meninggal dunia dan dimakamkan pula di Abwa’. Abwa’ sendiri adalah satu kampung antara Makkah dan Madinah, tetapi lebih dekat ke arah Madinah. Usia Nabi Saw saat wafat ibundanya adalah enam tahun.

Sepeninggalan ibundanya, Nabi Muhammad Saw dibawa pulang dan diasuh oleh Ummu Ayman. Peralihan pengasuhan serta segala kebutuhan Nabi Saw ditanggung kakeknya, Abdul Mutthalib.

Kecintaan Abdul Muththalib kepada Nabi Muhammad Saw sangatlah tinggi, bahkan rasa cintanya tersebut belum pernah dirasakan oleh anak-anaknya sebelumnya.

Alasannya karena dalam diri Rasulullah Saw sudah kelihatan pertanda yang mengarahkan bahwa beliau akan menjadi sosok yang agung di masa mendatang. Karenanya Abdul Mutthalib sangat menyayanginya.

Dua tahun dalam pengasuhan kakek Nabi Saw, ajal kembali datang menjemput Abdul Mutthalib dan beliau dimakamkan di utara Kota Makkah, tepatnya di perbukitan Hujun, tempat pemakaman keluarga kakeknya, Qushai.

Abdul Mutthalib meninggal dunia saat Nabi Muhammad Saw baru berusia delapan tahun. Kemudian pengalihan pengasuhan Nabi Saw jatuh ke tangan pamannya dari pihak ayah, yaitu Abu Thalib. Ternyata, peralihan pengasuhan ke tangan abu Thalib merupakan wasiat kakek Nabi Saw sebelum beliau wafat.

Abu Thalib mengasuh dan menjaga Nabi Muhammad Saw dengan penuh kasih sayang dan  perhatian, beliau sangat mencintainya. Meskipun, Abu Thalib memiliki harta yang sedikit waktu itu, tetapi dengan kemuliaan dan keagungan Nabi Saw, Allah Swt mengkaruniakan keberkahan pada harta tersebut.

Selama berada di dalam pengasuhan Abu Thalib, Nabi Muhammad sudah memperlihatkan sifat qana’ah (merasa cukup dengan apa yang ada) dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang biasa dikerjakan oleh kebanyakan anak-anak pada umumnya.

Ummu Ayman sebagai pengasuh Nabi Saw mengisahkan kemuliaan sifat Nabi waktu kecil, di antaranya saat tiba waktu makan, di saat anak-anak lainnya merebut-rebut makanan yang ada, sementara Nabiyyuna Muhammad Saw tetap tenang dan menerima apapun yang Allah berikan.