Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terus Diperselisihkan, Begini Status Keimanan Abu Thalib!

Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad Saw. Sepeninggalan ayahnya, Abdul Mutthalib, ia mengasuh dan memelihara Nabi Saw. yang masih sangat belia. Cintanya kepada Rasulullah tidak kurang bahkan melebihi cintanya kepada anak-anaknya sendiri. Karena itu, setiap kali bepergian jauh, beliau selalu mengajak anak saudaranya itu.

Terus Diperselisihkan, Begini Status Keimanan Abu Thalib!
Status Keimanan Abu Thalib (Ilustrasi)

Ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu dari Allah Swt dan  mulai mendakwahkan Agama Islam, tentangan hebat pun datang dari kaum Quraisy. Sang paman pun berusaha sekuat tenaga untuk menolong dan membela keponakannya. Beliau juga mengajak putra-putranya, seperti Sayyidina Ali agar ikut  membela dan  melindungi anak saudaranya.

Nah, di sini kita, bahkan semua muslimin sepakat tentang kiprah Abu Thalib dalam mengasuh, memelihara, melindungi, dan membela Rasulullah Saw. Sumbangsihnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, terus diberikan dalam memuluskan dakwah Nabi Saw. Semua itu sudah sangat jelas dan tidak perlu kita ragukan lagi. 

Baca Juga: 3 Alasan yang Menerangkan Kedua Orang Tua Rasulullah SAW Masuk Surga

Namun, kita belum bisa memastikan tentang apa yang menjadi motif dan alasan Abu Thalib melakukan semua ini; apakah karena fanatisme kesukuan yang merupakan salah satu karakter bangsa Arab, atau  karena keimanan yang terpendam di dalam hatinya, walaupun ia tidak mengikrarkannya secara terang-terangan karena berbagai alasan.

Terus Diperselisihkan, Begini Status Keimanan Abu Thalib!

Dengan demikian, maka kemudian muncul berbagai pertanyaan terkait dengan keimanan Abu Thalib. Tidak sedikit orang yang menganggap beliau tidak beriman, dan sangat banyak para ulama terlebih mereka dari kalangan ulama Ahlussunnah Waljama'ah yang percaya tentang imannya Abu Thalib kepada Rasulullah Saw.

Sebenarnya masalah ini masih menjadi bahan perdebatan, baik  di kalangan ulama maupun di kalangan masyarakat pada umumnya. Para ulama, dari berbagai mazhab fiqih dan pemikiran, telah menjelaskan apa yang mereka yakini tentang hal ini dengan berbagai dalil dan argumentasinya.

Di antara mereka adalah Sayyid Muhammad bin Rasul Al-Barzanji. Beliau telah menulis sebuah  risalah yang mengupas tuntas persoalan keimanan Abu Thalib dengan berbagai argumentasinya.

Dalam kitabnya tersebut, Allamah Al-Barzanji Terlebih dahulu, menjelaskan keimanan Abu Thalib dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat. Kemudian, baru beliau menjelaskan keimanan Abu Thalib berdasarkan pendapat-pendapat yang paling kuat dari para muhaqqiq.

Nah, sebelum kita berbicara panjang lebar terkait dengan keimanan Abu Thalib ada baiknya kita mengetahui makna iman terlebih dahulu. Pembuktian keimanan bergantung pala pengetahuannya tentang makna iman.

Nah, termasuk dalam kategori ini adalah halangan (uzur) Abu Thalib untuk menyatakan keislamannya  secara terang-terangan karena kekhawatirannya terhadap keselamatan anak saudaranya, Muhammad Saw. 

Sebab, Abu Thalib ingin melindungi, menolong, dan membelanya dari setiap gangguan yang ditujukan kepadanya sehingga beliau dapat menyampaikan risalah Tuhannya. Dengan demikian, kaum kafir Quraisy tidak dapat mengganggu Nabi Saw berkat Thalib.

Ketika itu, kepemimpinan Quraisy, sepeninggal Abdul Mutthalib, berada di tangan Abu Thalib.  Perintah Abu Thalib dipatuhi oleh kaum Quraisy. Jaminan perlindungannya pun diterima oleh mereka, karena mereka menganggap bahwa Abu Thalib masih menganut agama mereka.

Padahal, seandainya mereka mengetahui bahwa Abu Thalib telah memeluk Agama Islam dan mengikuti Nabi Saw, maka mereka tidak akan menerima jaminan perlindungan dan pertolongannya kepada beliau. Mereka pasti memerangi dan menyakiti Abu Thalib serta melakukan tindakan yang jauh lebih buruk terhadapnya daripada apa yang mereka lakukan terhadap Rasulullah Saw.

Tidak diragukan lagi, hal ini merupakan alasan yang sangat kuat bagi Abu Thalib untuk tidak menampakkan keimanannya kepada Nabi Saw secara nyata dan mengikuti beliau secara terang-terangan. Oleh  karena itu, Abu Thalib memperlihatkan seakan-akan dirinya masih berpegang pada agama mereka, dan ia membela Nabi Saw semata-mata karena alasan hubungan kekerabatan. 

Dengan demikian, kaum kafir Quraisy meyakini bahwa Abu Thalib melindungi dan menolong Nabi  Saw semata-mata karena sikap fanatisme, bukan karena ia telah mengikuti agama Muhammad Saw, karena bangsa Arab dikenal dengan kefanatikannya.

Baca Juga: 4 Karamah Umar bin Khattab yang Paling Populer

Padahal, nyatanya hati Abu Thalib telah  dipenuhi keyakinan kepada Nabi Muhammad Saw karena ia telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang muncul dalam diri beliau. Abu Thalib kadang-kadang melantunkan bait-bait syair yang secara lahiriah menunjukkan keimanannya kepada Nabi Saw.

Namun, pada kesempatan lain, ia juga melantunkan bait-bait syair di hadapan kaum kafir yang  menunjukkan seakan-akan ia masih mengikuti agama mereka dan tidak mengikuti Nabi Saw. Hal itu ia lakukan untuk menjaga keselamatan jiwanya dan melindungi dirinya dari tuduhan bahwa ia adalah pengikut Nabi Saw.

Kesimpulannya adalah memang banyak orang yang mengatakan bahwa Abu Thalib tidak beriman. Namun, di sisi yang lain umumnya para ulama sepakat menyatakan bahwa keimanan Abu Thalib adalah seorang yang beriman, tetapi beliau tidak memperlihatkannya secara nyata karena satu keuzuran seperti yang telah kami sebutkan di atas.

Ada begitu banyak pendapat ulama, karangan kitab, alasan-alasan, serta dalil-dalil yang menunjukkan keimanan Abu Thalib, percaya kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan Rasul-Nya, yaitu keponakannya Nabi Muhammad Saw. (Tholib Anis - Benarkah Abu Thalib Seorang Mukmin, disunting)