Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Niat yang Benar dalam Menuntut Ilmu Agama

Alfailmu.com - Memiliki niat tatkala belajar merupakan suatu keniscayaan bagi para penuntut ilmu. Karena niat merupakan inti dari segala perbuatan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

Niat yang Benar dalam Menuntut Ilmu

إنما الأعمال بالنيات  .... (رواه الإمام البخاري ومسلم)
Artinya: "Hanyasanya segala perbuatan itu dengan niat".

Dalam hadis yang lain, ٌِRasulullah Saw juga bersabda:

كم من عمل يتصور بصورة أعمال الدنيا ويصير بحسن النية من أعمال الأخرة وكم من عمل يتصور بصورة أعمال الأخرة ثم يصيرمن أعمال الدنيا بسوء النية
Artinya: "Betapa banyak perbuatan yang menyerupai perbuatan duniawi yang kemudian menjadi perbuatan akhirat dengan niat yang baik. Dan betapa banyak perbuatan ukhrawi yang kemudian menjadi perbuatan dunia karena buruknya niat".

Niat yang Benar dalam Menuntut Ilmu

Lantas bagaimana niat dalam menuntut ilmu, khususnya dalam ilmu agama? Apa saja niat yang benar waktu belajar? Niat apa saja yang mesti dihindari? Nah untuk menjawab beberapa pertanyaan sederhana tersebut, yuk simak penjelasan Syeikh Zarnuji di dalam Kitab Ta'lim al-Muta'allim tentang niat dalam menuntut ilmu berikut ini.

Pertama sekali, semestinya seorang pelajar memulai niatnya dalam menuntut ilmu untuk menggapai rida Allah SWT dan agar selamat di negeri akhirat. Kemudian juga untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri juga orang lain. 

Seterusnya, penuntut ilmu juga harus berniat dalam belajar untuk menghidupkan agama serta mengekalkan Islam, karena Islam kekal dengan ilmu. Bahkan segala bentuk ibadah, seperti takwa dan zuhud hanya diperoleh dengan ilmu.

Seorang sufi besar, As-Syeikh al-Imam al-Ajal Burhanuddin Pengarang Kitab al-Hidayah pernah bernasyid satu syair yang ditujukan untuk orang lain:
فساد كبير غالم متهتك وأكبر منه جاهل متنسك

هما فتنة فى العالمين عظيمة لمن بهما في دينه يتمسك
Artinya: "Kehancuran yang besar bila orang alim melakukan keburukan, dan yang lebih buruk dari itu ialah apabila orang bodoh yang beribadah. Dua-duanya merupakan fitnah yang besar di dunia bagi orang-orang yang mengikuti mereka berdua".

Seterusnya, penuntut ilmu juga mesti berniat dalam belajarnya untuk mensyukuri  nikmat akal dan sehat badan. Untuk itu jangan pernah berniat dengan ilmu yang akan diperoleh untuk menghadap manusia, mendapatkan kebahagiaan dunia, kemuliaan di sisi raja (pemimpin), dan niat-niat lain untuk tujuan dunia.

Syeikh Muhammad bin al-Hasan rihamahullahu ta'ala menyebutkan bahwa niat menuntut ilmu untuk memperoleh kelezatan ilmu dan beramal dengannya, beliau berkata, "Seandainya semua manusia di dunia ini adalah budakku, niscaya sungguh akan aku merdekakan mereka semua hanya karena memperoleh kelezatan ilmu dan beramal dengannya, tetapi sedikit sekali manusia yang menyukainya". 

Syeikh al-Imam al-Ajal al-Ustadz Qiwamuddin Himad bin Ibrahim bin Ismail as-Shafar al-Anshari telah menuliskan satu nasyid untuk al-Imam Abu Hanifah, yang berbunyi:
من طلب العلم للمعاد فاز بفضل من الرشاد

فيا لخسران طالبيه لنيل فضل من العباد
Artinya: "Barang siapa yang mencari ilmu untuk negeri akhirat, niscaya mendapat anugerah dari Allah. Betapa rugi bagi mereka yang menuntut ilmu untuk menggapai kemuliaan dari manusia."

Nah, walaupun telah disebutkan tidak boleh berniat dalam belajar dengan tujuan dunia. Namun, ada pengecualian, yaitu apabila berniat mencari ilmu untuk kemegahan dunia dengan tujuan agar dapat melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar, untuk mewujudkan kebenaran, mengagungkan agama, bukan untuk diri sendiri dan hawa nafsunya. Maka niat yang demikian itu diperbolehkan.

Semuanya dilakukan sekedar untuk melaksanakan amar ma'ruf dan nahir mungkar serta tidak lebih dari itu. Maka niat yang seperti ini dibenarkan dan tidak dilarang dalam agama. Wallahua'lam bis-shawab

Lantas, dari beberapa niat yang benar dalam menuntut ilmu sebagaimana telah disebutkan di atas, bagaimana dengan niat kita sendiri dalam menuntut ilmu? Sudahkah kita menginstropeksinya?

Sumber:
Syeikh az-Zarnuji, Ta'lim al-Muta'allim, (Surabaya: Al-Haramain Jaya, t.th), h. 10-11.