Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Sanad dalam Mengajarkan Agama

Alfailmu.com - Sanad keilmuan sangat penting dalam mengajarkan ilmu agama. Alasannya tentu karena kemurnian ilmu yang kita pelajari tidak menyimpang dan sampai hingga kepada pemilik keilmuan syariat itu sendiri, yaitu Rasulullah ﷺ.

pentingnya sanad dalam belajar ilmu agama

Pentingnya Sanad dalam Mengajarkan Agama 

Mengapa sanad ilmu penting sekali? Karena orang yang berdakwah (mengajar) dalam agama tidak bisa memperoleh hasil kecuali orang tersebut mendapat izin (sanad) atas pengetahuan. Bahkan, hingga Rasulullah ﷺ juga melakukan hal sama, dalilnya firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: 

وَدَاعِيًا إِلَى ٱللَّهِ بِإِذْنِهِۦ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا

Artinya: Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab: 46)

Syeikh Ibrahim Al-Kattani: Sanad merupakan nasab kitab

Seorang pendakwah atau dai dalam dakwahnya harus mendapat izin dari pada syeikh, para ulama, mereka yang hubungannya bersambung sanad keilmuan dengan para pembesar ilmu. Pembesar ilmu dari pembesar ilmu yang lain hingga sanad mereka berujung pada Sayyidina Maulana, Rasulullah ﷺ. 

Abdullah bin Mubarak Rahimahullah Ta'ala 'Anhu mengatakan tentang betapa pentingnya sanad ilmu:

الأساند أنسب الكتب

Artinya: Sanad adalah nasab kitab.

Syeikh Ibrahim Al-Kattani menyebutkan bahwa sanad kitab sebagai nasab,

“Sebagaimana engkau punya nasab, ayah, kakek, dan seterusnya. Engkau punya leluhur begitu juga kitab yang mempunyai sanad. Sanad ini dianggap sebagai nasab.” 

Artinya, sebagaimana manusia yang baik ialah manusia dengan garis keturunan yang jelas, maka begitu pula hal ilmu. Dakwah ilmu yang benar ialah dakwah ilmu yang memiliki sanad, sebagai nasab kitab. 

Sehingga ilmu yang diajarkan jelas, jelas guru-gurunya dan dari mana ilmu tersebut diperoleh. Semuanya mesti jelas, itulah makna sanad.

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullahu Ta'ala berkata: 

Sungguh nikmat sahabat manusia terbaik, sungguh beruntung mereka yang mengemban hadisnya, mereka memperoleh nasehatnya, kami beruntung dengan kenang-kenangannya, mereka mendahului kita dengan menolong nabi, kami para pengikut penolong Nabi ketika kami terhalang bertemu langsung, kami senantiasa menjaga peninggalannya.

Makna menjaga peninggalannya adalah menjaga peninggalan Rasulullah ﷺ berupa hadis-hadis serta keilmuan yang jelas asal-usulnya.

Habib Umar: Mengambil sanad ilmu yang sampai kepada Rasulullah SAW

Dalam satu kesempatan Al-Habib Umar bin Hafizh menjelaskan betapa pentingnya sanad ilmu. Ilmu adalah amanah Tuhan dan amanah tersebut harus dijaga dengan mengambil ilmu syariat dari sanad yang sampai hingga kepada Rasulullah ﷺ,

“Wahai pemilik amanah, jagalah amanah Tuhanmu yang agung, dan ambillah ilmu syariat dengan sanad yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Berpindah dari hati ke hati dan tidak didapat kecuali dari hati para ulama.”, sebut Habib Umar

Ilmu harus diperoleh dari melalui seorang guru. Habib Umar melanjutkan, “Sehingga tidak boleh merasa cukup (tanpa sanad) hanya dengan kitab-kitab, selebaran-selebaran dan dari internet, ilmu tidak berada dalam kitab dan catatan-catatan, khusunya ilmu syariat, karena ilmu hanya ada di hati, bahkan dalam ilmu selain syariat begitu juga. Setiap orang yang mencari ilmu sendiri tanpa melalui guru, sesungguhnya iya dalam kesesatan.”

Imam muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya, dari Ibnu Sirin:

إن الإسناد من الدين و لو لا إسناد لقال من شاء ما شاء

Artinya: Sesungguhnya sanad itu bagian dari agama, seandainya tidak ada sanad maka siapapun akan bisa berkata apapun.

Semua bisa menafsirkan semaunya sendiri dengan akalnya dengan hawa nafsunya. Oleh karena itulah maka pentingnya sanad keilmuan dan guru yang benar sebagai tempat memperoleh ilmu.

Satu ketika Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq pernah ditanyakan tentang, "Apa arti -أَبًّا- dalam ayat -وَفَاكِهَةً وَأَبًّا-?", yaitu potongan Surat 'Abasa ayat 31 yang berarti "Dan buah-buahan dan rumput-rumputan".

Lalu beliau menjawab:

"Langit mana yang mau menaungiku dan bumi mana yang mau membawaku? Jika aku berkata tentang kitab Allah yang tidak aku ketahui".

Sayyidina Abu Bakar sebagai seorang khalifah Rasulullah ﷺ tidak menjawab sembarangan apa yang beliau tidak ketahui. Begitulah beliau dalam memuliakan kitab Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan mengagungkannya.

Seperti itulah yang dilakukan orang-orang orang saleh. Mereka tidak bisa menjawab sembarangan, tidak menjawab apa yang tidak mereka ketahui. Begitulah konsep sanad keilmuan. 

Habib Umar juga menyinggung bahwa ilmu itu untuk disebarkan bukan untuk diperdebatkan,

“Sebarkanlah ilmu yang bermanfaat di antara Kalian, baik laki-laki maupun perempuan. Maka hal itu akan mencerahkan kalian dan menyucikan kalian serta mengajarkan bagaimana cara bermuamalah baik laki-laki maupun perempuan. Ilmu adalah takut kepada Allah secara keseluruhan dengannya diketahui orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ilmu akan bertambah dengan amal dan perilaku, bukan dengan omongan dan banyak berdebat.”

Imam Malik Rahimahullahu Ta'ala berkata:

إن من السنة أن تخبر بالسنة وليس من السنة أن تجادل بها

Artinya: Termasuk dari sunnah adalah mengabarkan sunnah, dan bukan dari sunnah adalah menggunakannya untuk berdebat.

Setiap pendakwah (guru) harus mengetahui bagaimana cara mengajarkan ilmu, dan bagaimana cara mencari ilmu. Begitu juga harus mengerti bagaimana cara menyebarkan ilmu. Ibnu Mubarak Rahimahullahu Ta'ala berkata:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

Artinya: Sesungguhnya ilmu ini adalah agama maka perhatikanlah dari manakah dia mengambil agama kalian.

Dari beberapa penjelasan Syeikh Ibrahim Al-Kattani dan Habib Umar di atas, kita dapat menyadari tentang betapa pentingnya sanad keilmuan dalam mengajarkan ilmu. Begitu juga pentingnya memilih guru dengan sanad ilmu yang jelas supaya apa yang kita pelajari menjadi jelas dan sesuai dengan pembawa syariat, yaitu Rasulullah ﷺ. (@sanad_media)