Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukti-Bukti tentang Keimanan Abu Thalib - Bagian 1

Beberapa Bukti tentang Keimanan Abu Thalib
Bukti Keimanan Abu Thalib. (Ilustrasi)
Bukti-Bukti tentang Keimanan Abu Thalib - Dalam artikel Apakah Ucapan Syahadat Bagian dari Keimanan?, di sana kita mendapati pendapat yang populer di kalangan ulama Ahlussunnah Waljama’ah bahwa iman adalah tashdiq (pembenaran) di dalam hati, sedangkan pengucapan di lidah hanya sebatas syarat untuk berlaku hukum duniawi.

Kemudian, para ulama pula menggolongkan iman paman Rasulullah Saw, Abu Thalib berada dalam golongan ini. Artinya Abu Thalib adalah seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hanya saja beliau tidak mengucapkannya dengan lisan.

Beberapa Bukti tentang Keimanan Abu Thalib

Dengan begitu, ada banyak dalil atau bukti yang mengarah pada pembenaran bahwa Abu Thalib adalah orang beriman. Misalnya sejarah menuliskan bahwa Abu Thalib mengasuh dan memelihara Nabi Saw yang masih sangat belia

Begitu juga dalam membantu dakwah, melindungi Rasulullah Saw dari gangguan kafir Quraisy. Hal itu adalah bukti iman (kepercayaan) yang kuat Abu Thalib terhadap Allah Swt, Rasulullah Saw serta agama yang dibawanya.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa bukti-bukti tentang keimanan Abu Thalib.

Syair dan wasiat Abu Thalib kepada Kaum Quraisy agar mengikuti ajaran Rasulullah SAW

Berdasarkan  riwayat-riwayat yang mutawatir, kita dapati bahwa Abu Thalib adalah orang yang sangat mencintai Nabi Saw, membelanya, menolongnya, dan membantunya dalam menyampaikan agamanya.

Abu Thalib membenarkan segala perkataan Muhammad Saw dan menyuruh anak-anaknya, seperti Ja'far dan Ali, agar mengikuti dan menolong beliau.

Abu Thalib sudah biasa memuji Muhammad Saw dalam syair-syairnya yang menunjukkan bahwa ia membenarkan Nabi Saw. Ia juga mengatakan bahwa agama Muhammad Saw adalah agama yang benar.

Di antara syair-syairnya yang terkenal adalah sebagai berikut:

وَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنْ دِيْنُ مُحَمَّدًا. من خيرِ أديانِ البَرِيَّةِ دِيْنًا

Sungguh, telah kuketahui bahwa agama Muhammad adalah sebaik-baik agama bagi seluruh manusia.

Dalam  syair yang lain, Abu Thalib juga pernah berkata berkata:

أَلَمْ تَعْلَمُوْا أَنَا وَجَدنْاَ مُحَمَّدًا. رَسُوْلًا كَمُوْسَى صَحَّ ذِلِكَ فِى اْلكُتُبِ

Tidakkah kalian tahu bahwa kami dapati Muhammad seorang Rasul, seperti Musa, dan  disebut dalam kitab-kitab (suci)?

Begitu pula, Abu Thalib juga pernah berwasiat kepada kaum Quraisy agar mereka mengikuti Nabi Saw. Beliau berkata:

“Demi Allah, seakan-akan aku telah benar-benar merasakan bahwa tak lama lagi dia akan mendapatkan kemenangan, orang-orang Arab dan bukan Arab akan beriman kepadanya.

Oleh  karena itu, janganlah orang-orang Arab yang lain mendahului kalian dalam beriman kepadanya, sehingga mereka lebih berbahagia bersamanya daripada kalian.”

Wasiat Abu Thalib tersebut disampaikan berulang-ulang. Dalam satu kesempatan, Abu Thalib menyampaikan wasiat itu kepada Bani Hasyim, dan pada kesempatan lain, beliau menyampaikannya kepada semua kaum Quraisy.

Menjelang wafat, Abu Thalib memberikan wasiat yang panjang kepada kaum Quraisy, yang isinya sebagai berikut:

“Aku berwasiat kepada kalian. Hendaklah kalian mengagungkan bangunan ini yakni Ka'bah karena di dalamnya terdapat keridaan Tuhan, pilar-pilar kehidupan, dan kekuatan pijakan.”

“Sambunglah silaturahim kalian dan janganlah kalian memutuskannya, karena menyambung silaturahim dapat memanjangkan umur dan menambah bilangan (kekuatan).Tinggalkanlah kezaliman dan kedurhakaan, karena dengan keduanya, umat-umat sebelum kalian binasa.”

“Sambutlah seruan orang yang menyeru kalian ke jalan Allah dan berilah peminta-minta, karena pada keduanya terdapat kemuliaan dalam kehidupan dan kematian.”

“Hendaklah kalian berkata benar dan menyampaikan amanat, karena pada keduanya terdapat cinta pada kalangan khusus dan kemuliaan pada kalangan umum.”

“Aku wasiatkan kepada kalian agar berlaku baik kepada Muhammad, karena dia adalah  orang tepercaya di  tengah-tengah kaum Quraisy dan orang jujur di tengah-tengah bangsa Arab. Dialah yang menghimpun semua yang ku wasiatkan kepada kalian.”

“Ia telah datang kepada kita dengan membawa suatu perkara yang diterima dalam hati, tetapi diingkari dalam lisan, karena khawatir terhadap orang-orang yang membenci, memusuhi, dan berperilaku buruk.”

Dalam riwayat lain disebutkan, "Di tengah-tengah kalian ada anak ayah kalian. Jadilah pembela baginya dan pelindung bagi kelompoknya."

"Demi Allah, setiap orang yang mengikuti jalannya pasti mendapat petunjuk, dan setiap orang yang mengikuti petunjuknya pasti mendapatkan kebahagiaan.

Sekiranya aku masih punya umur dan ajalku ditangguhkan, niscaya aku akan melindunginya dari peperangan dan bencana-yang akan menimpanya-dan membelanya dari segala malapetaka."

Pada suatu kesempatan, Abu Thalib mengatakan kepada kaum Quraisy, “Kalian akan senantiasa berada dalam kebaikan selama kalian mematuhi Muhammad dan selama kalian  mengikuti perintahnya. Oleh karena itu, hendaklah kalian menaatinya, niscaya kalian mendapatkan petunjuk.”

Bila kita perhatikan dari syair dan wasiat-wasiat Abu Thalib di atas, kita bisa berkesimpulan bahwa semua yang beliau katakan tersebut melalui firasatnya, jelas sekali menunjukkan keyakinannya kepada Nabi Saw.

Karena hal tersebut semua benar-benar terbukti sebagaimana yang telah Abu Thalib sebutkan. Kenapa bisa benar dan terjadi? Karena jelas bahwa beliau sangat yakin dan percaya terhadap Rasulullah Saw.

Abu Thalib meramalkan Rasulullah Saw Sebagai Nabi

Abu Thalib telah meramalkan kenabian Muhammad Saw sebelum beliau diutus menjadi nabi. Hal itu tampak dalam khutbahnya yang disampaikan dalam pernikahan Rasulullah Saw dengan Khadijah.

Dalam khutbah pernikahan yang terkenal tersebut, Abu Thalib berkata:

فقال: الحمد لله الذي جعلنا من ذرية إبراهيم، وزرع إسماعيل، وضئضيء معدّ وعنصر مضر وجعلنا حضنة بيته وسوّاس حرمه وجعله لنا بيتا محجوجا، وحرما امنا، وجعلنا حكّام الناس. ثم إن ابن أخي هذا محمد بن عبد الله لا يوزن به رجل شرفا ونبلا وفضلا، . . . . . وهو والله بعد هذا له نبأ عظيم، وخطر جليل،

Segala puji  bagi Allah yang telah  menjadikan kita sebagai  anak-cucu Nabi Ibrahim; keturunan Nabi Isma'il; berasal dari Ma'ad, dan lahir dari kalangan Mudhar. Dia telah menjadikan kita sebagai pengurus Bait-Nya (Ka'bah) dan pelindung tanah sucinya.

Dan dia telah menjadikan untuk kita Ka'bah yang diziarahi dan tanah suci yang aman, serta Dia pulalah yang menjadikan kita sebugai pemimpin manusia. 

Kemudian sesungguhnya keponakanku ini, Muhammad ibnu 'Abdullah, tiada seorangpun yang dapat mengimbanginya dalam hal kehormatan, kemuliaan, dan keutamaannya . . . . .

Dia, demi Allah, sesudah peristiwa ini memiliki berita yang besar dan kedudukan yang agung . . . . .

Dalam khutbah tersebut ada kalimat ‘sesudah peristiwa ini memiliki berita yang besar dan kedudukan yang agung’, ini adalah pengakuan dari abu Thalib.

Khutbah tersebut disampaikan oleh Abu Thalib lima belas tahun sebelum Muhammad Saw diutus menjadi nabi. Sementara Abu Thalib telah menduga bahwa Rasulullah ‘sesudah peristiwa ini memiliki berita yang besar dan kedudukan yang agung’.

Ternyata kemudian, semua yang dikatakan oleh Abu Thalib benar-benar terbukti, sesuai dengan apa yang telah diramalkannya.

Inilah beberapa hal yang menjadi dalil dan bukti yang paling kuat tentang keimanan dan keyakinan Abu Thalib kepada Nabi Muhammad Saw ketika Allah Swt mengutus beliau. (asna al-mathalib fi najati abi thalib)