Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Ibadah, Ubudah dan Ubudiyah dalam Islam

Alfailmu.com - Kata 'Ibadah' sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai muslim, bukan? Kita hampir mendengar kata ibadah di mana saja, ceramah ustadz, di balai pengajian/pesantren, sekolah dan di berbagai pelajaran yang sifatnya keagamaan.

Pengertian Ibadah, Ubudah dan Ubudiyah

Itu kata ibadah. Namun, apakah pembaca semua pernah dengar dengan dua istilah lain yang hampir terdengar sama dengan kata ibadah? Yaitu istilah Ubudiyah dan Ubudah. Dalam beberapa kitab Tasawuf yang penulis temui istilah ibadah kerap disandingkan dengan ubudiyah dan ubudah.

Terdengar mirip, tetapi apakah ketiga istilah tersebut bermakna sama? Tentu jawabannya adalah tidak, masing-masing memiliki makna yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Lantas, bagaimana sih pengertian dari Ibadah, Ubudiyah dan Ubudah serta bagaimana perbedaan ketiganya? Langsung saja, simak penjelasannya berikut!

Dalam Kitab Manhaj al-Sawi Syarah Usul Thariqah Sa’adati Ba’alawi Karangan Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, di dalamnya Imam Aydarus bin Umar al-Habsyi mendefinisikan makna dari ketiga istilah ini yaitu Ibadah, Ubudiyah dan Ubudah tersebut.

Menurut Imam Aydarus, Ibadah adalah mengerjakan perbuatan yang diperintahkan dan meninggalkan semua larangan dalam Agama Islam. Kemudian, Ubudiyah adalah mengerjakan seluruh perintah agama dengan tulus ikhlas karena hal tersebut merupakan perintah Allah Swt. 

Sementara Ubudah adalah ibadah yang ia lakukan tidak mengatasnamakan kepada dirinya serta tidak menganggap bahwa dirinya lah yang melakukan setiap ketaatan tersebut. Karena dalam makna ini semuanya datang dari Allah Subhanahu Wata’ala dan kembali kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfal: 17)

Baca Juga:

Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani al-Jawi di dalam kitabnya Maraqil ‘Ubudiyah menyebutkan bahwa Ibadah adalah Syariat, Ubudiyah adalah thariqat. Sedangkan Ubudah adalah hakikat. Ketiga makna syariat, thariqat dan hakikat ini telah kami jelaskan pada tulisan ‘Antara Syariat, Thariqat, dan Hakikat dalam Ilmu Tasawuf’.

Di dalam kitab itu pula, Abu Ali Ad-Daqqaq berkata bahwa istilah Ibadah ini diperuntukkan kepada orang-orang mukmin yang awam (orang biasa), seperti orang-orang saleh. Kemudian penggunaan Ubudiyah untuk mukmin khawaash (orang khusus) seperti para ulama dan aulia Allah.

Dan Ubudah adalah istilah untuk mukmin khawaashul khawaash (orang khusus dari yang khusus), artinya mukmin dengan derajat yang lebih tinggi dari orang sebelumnya, seperti para nabi dan rasul.

Syaikhul Islam membedakan ketiga istilah tersebut dengan katanya:

“Orang yang sabar atas keinginan Allah sambil menanggung kepayahan dalam melaksanakan takdir untuk mencari balasan atasnya adalah dalam tingkatan ibadah. Orang yang rida dengan keinginan Allah Swt, ia masuk dalam tingkatan Ubudiyah. Sedangkan orang telah ma’rifah kepada Allah Ta’ala berada pada tingkatan Ubudah.”

Kemudian Imam Ahmad bin Hasan Al-Athas juga turut mengomentari perbedaan ibadah, ubudiyah dan ubudah tersebut. Dalam versi beliau Ibadah adalah ketaatan setiap muslim pada umumnya, sedangkan Ubudiyyah adalah ketaatan bagi mereka yang telah tertanam iman pada dirinya. Sementara Ubudah adalah ketaatan ahli ihsan yang telah mendapatkan derajat ma’rifah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Nah, bagaimana? Sudah tahu pengertian masing-masing dari Ibadah, Ubuduyah dan Ubudah, serta perbedaan dari ketiga istilah tersebut bukan? Wallahua’lam bisshawab. Semoga bermanfaat. (Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Syarh Muraqi al-'Ubudiyahlbm.mudimesra.com)